31 Desember 2011

SEKILAS WAJAH 2011

TAHUN 2011 merupakan tahun yang penuh warna bagi Kecamatan Kertek. Rentetan berbagai peristiwa telah mewarnai perjalanan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Kertek. Berita menggembirakan sampai peristiwa yang tragis ikut mengharu-birukan suasana tahun 2011 di Kecamatan Kertek. Tak hanya itu, berbagai prestasipun telah berhasil ditorehkan oleh masyarakat Kertek selama kurun waktu satu tahun ini, termasuk estafet kepemimpinan yang selalu menjadi berita menarik bagi sebagian kalangan.

TAHUN BAKTI LINGKUNGAN

Tahun 2011 bisa disebut sebagai tahun lingkungan bagi Kecamatan Kertek. Tak kurang dari 4 even besar yang bertemakan lingkungan dipusatkan di Kertek. Penanaman 1 miliar pohon oleh Bupati Wonosobo di Reco, HUT Bank Jateng di Bedakah, HUT Bank Rakyat Indonesia di Bejiarum, dan Program Kebun Bibit Sekolah dimana Kecamatan Kertek terpilih sebagai salah satu pionirnya dan telah menghasilkan sebanyak 22.562 bibit yang terdiri dari kayu suren, albasia, dan akasia mangium.

Selain even-even besar diatas, banyak kegiatan bakti lingkungan dalam skala kecil yang telah dilakukan  antara lain tamanisasi lingkungan perkantoran, penghijuan jalan, penataan sanitasi pasar kertek. serta  program "kertek nandur ganyong" yang kesemuanya dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat Kertek termasuk dari unsur TNI dan POLRI.

Keberhasilan di bidang lingkungan tersebut tak bisa lepas dari peran Camat Kertek waktu itu yaitu Agus Wibowo, S.Sos yang selalu ngoprak-oprak seluruh masyarakat kertek untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Tak mengherankan apabila Agus WIbowo mendapatkan julukan Mat Ginem( camat gila nanem) dari BlogNya Kertek.

Namun dibalik keberhasilan tersebut masih menyisakan satu pekerjaan rumah yang sangat penting bagi kelestarian lingkungan di Kertek khususnya, yaitu 25,1 Ha areal tambang galian C yang secara resmi telah ditutup sejak 17 Februari 2009, akan tetapi areal bekas tambang tersebut sampai sekarang masih terbengkalai, bahkan di beberapa lokasi kegiatan penambangan kembali berlangsung secara sporadis. 

TAHUN BUDAYA
Perkembangan serta pelestarian budaya tradisional di Kecamatan Kertek mulai memasuki masa keemasan pada tahun 2011 ini. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah kelompok kesenian tradisional yang pada tahun ini mencapai kurang lebih 100 grup kesenian. Mulai dari lengger, tayub, embleg, warokan, wayang orang, dan rebana. Hal itu menunjukkan antusiasme masyarakat untuk melestarikan budaya asli Wonosobo yang semakin meningkat. Salah satu indikatornya dapat diliat dari jumlah peserta yang ikut menyemarakkan Pawai Hari Jadi Wonosobo ke-186 di tingkat kabupaten, tanggal 24 Juli 2011 yaitu mencapai kurang lebih 2000 orang. Jumlah yang sangat fantastis apabila dibandingkan dengan Kecamatan lain di Wonosobo.

Disamping grup kesenian tradisional yang dimiliki, khasanah budaya di Kecamatan Kertek juga semakin bertambah dengan ditemukannya beberapa peninggalan bersejarah berupa batu candi, lingga dan yoni di Desa Bejiarum dan Wringinanom.


TAHUN TRAGEDI
Disamping kabar menggembirakan, akan selalu datang kabar yang menyedihkan. Demikian halnya dengan Kecamatan Kertek. Dalam kurun waktu satu tahun, tercatat telah terjadi 4 kali kecelakaan yang telah merenggut tak kurang dari 10 nyawa. Tiga diantaranya terjadi di kawasan pasar kertek, dan yang terakhir terjadi di dusun Plumbanan, Purwojati. Maka tidaklah salah apabila jalur ini disebut sebagai "jalur maut kertek".  

Bencana alam juga kerap kali melanda daerah ini. Tercatat 2 kali tanah longsor di Desa Reco, angin puting beliung di desa Reco dan Candiyasan, serta kebakaran yang terjadi di Jambusari Kertek dan Sudungdewo.

Berbagai kejadian bencana tersebut akhirnya mendapat respon dari Pemerintah Kecamatan Kertek dengan membentuk Unit Penanganan Bencana Daerah ( UPBD) Kecamatan Kertek yang dikukuhkan oleh Wakil Bupati Wonosobo, Hj. Maya Rosida pada tanggal 1 Juni 2011. Tim yang mempunyai anggota sebanyak 463 orang ini berfungsi sebagai Unit Reaksi Cepat apabila terjadi bencana di wilayah Kertek

Pada penghujung tahun ini pula santer diberitakan oleh berbagai media mengenai peningkatan aktivitas gunung sindoro. Hal itu sempat membuat panik masyarakat, namun dengan sosialisasi yang tepat, kepanikan tersebut dapat diredam dan semoga apa yang selama ini ditakutkan oleh masyarakat akan aktivitas gunung sindoro tersebut tidak terjadi.

Semoga di tahun 2012 yang akan datang dan seiring dengan estafet kepemimpinan dari Agus Wibowo,S.Sos kepada Prayitno,S.Sos.M.Si, Kertek akan semakin maju, sejahtera dan terhindar dari segala bencana.

Tak lupa teriring doa kepada rekan kami, Sarkiyo, yang telah berpulang ke Rahmatullah pada akhir tahun 2011 ini...Selamat jalan kawan, doa kami selalu menyertai langkahmu...

LAST BUT NOT LEAST.....HAPPY NEW YEAR 2012....!!!!


27 Desember 2011

KISAH RENDENG EMAS DI LERENG DIENG


TERJADINYA musibah banjir bandang di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar beberapa waktu lalu menyisakan sebuah kisah. Kisah yang sudah lama dilupakan terutama generasi muda. Kisah yang diyakini para sesepuh desa berkaitan dengan terjadinya bencana banjir bandang yang baru saja terjadi. Ya, kisah rendeng emas itu kembali dibicarakan di tempat pengungsian korban bencana Desa Tieng. 

Menurut Tafrihan, Ketau Forum Peduli Dieng yang terlibat dalam penangan korban bencana Desa Tieng, sejak jaman dahulu ada sebuah kisah yang diceritakan secara turun temurun oleh sesepuh Desa Tieng. Bahkan sampai sekarang kisah itu masih diyakini, walaupun sulit untuk membuktikannya. Tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali menceritakan kisah ini. Rendeng merupakan tanaman sejenis rumput yang dulu sering digunakan untuk mengobati luka oleh warga Tieng.

Rendeng (Centella Asiatica) sering juga disebut antanan, panegowang, rendeng, caling rumput, antenan gede, pagaga dan kori-kori. Tanaman itu bisa tumbuh di ketinggian 2.500 meter dpl. Tanaman ini tumbuh tanpa batang, dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10-80 cm. Akarnya keluar dari setiap bonggol dengan cabang yang membentuk tumbuhan baru. Helai daun bersifat tungga, panjang tangkai sekitar 5-15 cm dengan bentuk seperti ginjal manusia.

Hampir semua warga Tieng dari anak usia 17 tahun sampai usia lanjut sering mendengar cerita rendeng emas ini. Konon di kaki gunung Pakuwojo tumbuh tanaman yang bernama rendeng, tetapi rendeng ini tidak seperti rendengan yang lain. Rendengan ini bernama rendeng emas yang harus dijaga dan tidak seorang pun boleh memetiknya. Karena jika sampai dipetik maka pasti akan terjadi bencana banjir bandang yang menghabiskan seluruh kawasan Desa Tieng. 

Ada yang mengatakan bahwa rendeng emas ini ada di goa Ngesong yakni sebuah goa batu yang ruangan dalamnya muat sekitar 10 orang. Ada juga yang mengatakan tanaman itu tumbuh di tengah gunung Pakuwojo. 

Waga Desa Tieng, M Fanani membenarkan kisah tersebut. Dia mengatakan, kisah rendeng emas itu dia dengar saat duduk dibangku SD. Moral cerita mitos ini memang banyak nilai luhurnya. Bisa jadi yang dimaksud dengan rendeng emas adalah tanaman kayu, pohon dan tanaman lain yang memiliki fungsi lindung. Dalam pengungsian cerita rendeng emas ini menjadi topik hangat kembali. Orang yang usianya lanjut sering diminta untuk menceritakan tentang rendeng emas dan yang lain mendengarkan dengan hikmad. (Rinto H)

RUWATAN UNIK DI PERBOTO, KALIKAJAR



PAGI ITU terlihat warga Dusun Perboto, Desa Pernoto, Kecamatan Kalikajar berkumpul di halaman rumah Kiyem Kasyoto (79) salah satu tokoh masyarakat dusun setempat, Kamis (22/12). Mereka berbondong-bondong datang membawa aneka makanan hasil bumi untuk upacara selamatan dusun atau dikenal dengan ruwatan Dusun Perboto. Prosesi upacara diawali dengan berkeliling kampung menuju makam Eyang Soro yang diyakini warga setempat sebagai tokoh pembuka desa. 

Tokoh masyarakat tampak mengenakan pakaian adat jawa lengkap yang diiringi warga dusun setempat. Di makam itu warga memanjatkan doa bersama untuk mengenang perjuangan Eyang Soro. Semua warga tampak khusyuk mengikuti prosesi tersebut. Setelah itu, warga kemudian berkeliling kampung mendatangi beberapa hewan ternak seperti kerbau, sapi dan kambing untuk diruwat.

Menurut penuturan Kiyem Kasyoto (79) prosesi itu untuk mendoakan hewan ternak agar diberi keselamatan dan mendatangkan keuntungan kepada warga Dusun Perboto. Hewan ternak itu merupakan harta yang sangat berharga bagi warga sekitar yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Dengan didoakannya hewan ternak itu diharapkan kemakmuran dan kesejahteraan warga meningkat. 


Tak tanggung-tanggung, upacara ruwat Dusun Perboto itu dilakukan selama tiga hari tiga malam dengan menampilkan aneka kesenian tradisional diantaranya pertunjukkan wayang yang menampilkan cerita Babat Polosoro yang dibawakan oleh Kiyem Kasyoto. Selain itu, pertunjukan tari lengger juga digelar untuk melengkapi kebahagiaan warga. "Acara ini berlangsung dari hari Rabu (21/12) hingga Jumat (23/12) yang dikuti oleh semua warga dusun," ucap Kiyem Kasyoto.


Mantan Kades Perboto, Sutejo mengatakan, kegiatan itu untuk mendoakan lingkungan, masyarakat dan ekonomi warga setempat sehingga senantiasa diberi keselamatan. Selain itu, acara itu merupakan ajang mengenalkan sejarah terbentuknya Dusun Perboto kepada generasi muda. "Dengan mengenal sejarah desanya diharapkan kecintaan pemuda terhadap desanya bertambah dan aktif terlibat dalam pembangunan desa," tuturnya. Rinto HariyadiPagi itu, terlihat warga Dusun Perboto, Desa Pernoto, Kecamatan Kalikajar berkumpul di halaman rumah Kiyem Kasyoto (79) salah satu tokoh masyarakat dusun setempat, Kamis (22/12). Mereka berbondong-bondong datang membawa aneka makanan hasil bumi untuk upacara selamatan dusun atau dikenal dengan ruwatan Dusun Perboto. Prosesi upacara diawali dengan berkeliling kampung menuju makam Eyang Soro yang diyakini warga setempat sebagai tokoh pembuka desa. 

Tokoh masyarakat tampak mengenakan pakaian adat jawa lengkap yang diiringi warga dusun setempat. Di makam itu warga memanjatkan doa bersama untuk mengenang perjuangan Eyang Soro. Semua warga tampak khusyuk mengikuti prosesi tersebut. Setelah itu, warga kemudian berkeliling kampung mendatangi beberapa hewan ternak seperti kerbau, sapi dan kambing untuk diruwat.


Menurut penuturan Kiyem Kasyoto (79) prosesi itu untuk mendoakan hewan ternak agar diberi keselamatan dan mendatangkan keuntungan kepada warga Dusun Perboto. Hewan ternak itu merupakan harta yang sangat berharga bagi warga sekitar yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Dengan didoakannya hewan ternak itu diharapkan kemakmuran dan kesejahteraan warga meningkat. 


Tak tanggung-tanggung, upacara ruwat Dusun Perboto itu dilakukan selama tiga hari tiga malam dengan menampilkan aneka kesenian tradisional diantaranya pertunjukkan wayang yang menampilkan cerita Babat Polosoro yang dibawakan oleh Kiyem Kasyoto. Selain itu, pertunjukan tari lengger juga digelar untuk melengkapi kebahagiaan warga. "Acara ini berlangsung dari hari Rabu (21/12) hingga Jumat (23/12) yang dikuti oleh semua warga dusun," ucap Kiyem Kasyoto.


Mantan Kades Perboto, Sutejo mengatakan, kegiatan itu untuk mendoakan lingkungan, masyarakat dan ekonomi warga setempat sehingga senantiasa diberi keselamatan. Selain itu, acara itu merupakan ajang mengenalkan sejarah terbentuknya Dusun Perboto kepada generasi muda. "Dengan mengenal sejarah desanya diharapkan kecintaan pemuda terhadap desanya bertambah dan aktif terlibat dalam pembangunan desa," tuturnya. (Rinto H)

21 Desember 2011

SEMINAR REPRODUKSI SEHAT BAGI REMAJA


WONOSOBO-Sebanyak 150 orang  yang terdiri dari siswa, guru dan anggota Organisasi Wanita di Wonosobo mengikuti acara Sarasehan “Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual Adalah Bagian Hak Asasi Manusia”. Sarasehan ini diadakan oleh panitia Hari Ibu di Pendopo Kabupaten Wonosobo, pada Senin(19/12).

Sarasehan dengan tema “Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual Adalah Bagian Hak Asasi Manusia” juga dihadiri oleh Wakil Bupati Wonosobo Maya Rosida. Tujuan diadakannya acara ini adalah memberi bekal dan informasi kepada para remaja untuk mengantisipasi adanya kebebasan sex, HIV dan Narkoba. 

Adapun narasumber acara ini adalah Wiwid Majas Maestro dari Youth Centre PKBI Yogyakarta menyampaikan materi tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja. Wiwid mengungkap proporsi kasus AIDS di indonesia pada tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki 72.00%, perempuan 2.00% dan 0,50% untuk yang tidak di ketahui. Sebanyak 14 orang telah terinveksi HIV/AIDS di daerah Wonosobo saja.  Di sampaikan juga fakta-fakta mengenai bahaya sex sehingga diharapkan para remaja dapat berfikir dua kali  apabila akan melakukan sex bebas. Cara penyampaian yang jenaka dan komunikatif  disambut hangat oleh para peserta.

Ketua panitia Nuraini Ariswari berharap, Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan segenap elemen masyarakat Wonosobo agar bersama-sama menyelesaikan persoalan remaja,”Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga harus benar-benar kita arahkan supaya jangan sampai terjerumus pada pergaulan bebas dewasa ini,”tuturnya.

Sementara itu, menanggapi penyelenggaraan acara ini, Santi (16),salah satu pelajar asal SMA Muhammadiyah Wonosobo mengatakan, materi yang disampaikan narasumber sangat bermanfaat. “Jadi tahu gimana pengetahuan tentang reproduksi secara lebih spesifik, sehingga bisa terhindar dari seks bebas dan HIV/AIDS”, ujarnya.

Dalam acara ini juga di laksanakan penggalangan dana untuk korban bencana bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Desa Tieng, Kejajar. (anis)

08 Desember 2011

AKTIVITAS WARGA LERENG SINDORO MASIH NORMAL

KERTEK - Naiknya status gunung sindoro dari normal menjadi waspada ternyata tidak berpengaruh bagi sebagian besar warga yang tinggal di lereng gunung ini seperti yang terlihat di desa Reco, Kecamatan Kertek. Walaupun hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak gunung, warga di desa ini mengaku tidak pernah mendengar ataupun merasakan gempa seperti kabar yang beredar luas di masyarakat belakangan ini,"Kulo mboten tau ngroso wonten lindu (gempa-red) nopo suara gemluduk ( saya tidak pernah merasakan gempa ataupun suara gemuruh)," tutur Asngari( 40 ) warga dusun Yososari Reco.

Hal itu juga dibenarkan oleh Yati (30), ibu 2 anak ini juga tidak pernah merasakan adanya keanehan pada aktivitas gunung sindoro, "Cuma banyak kabar yang bilang kalau gunung sindoro sudah mau meletus."

Kepala desa Reco, Hely Kurniyawan ketika ditemui menyatakan bahwa pihaknya terus menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mempercayai isu-isu yang tidak benar," Kami terus menghimbau seluruh warga agar tidak mudah percaya isu-isu yang menyesatkan dan tetap menunggu kabar maupun instruksi dari pemerintah, disamping tetap meningkatkan kewaspadaan."
"Kami juga mengoptimalkan siskamling untuk berjaga-jaga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,"imbuhnya.

Tak hanya di Reco, di desa Candiyasan dan Kapencar, yang wilayahnya masuk  dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) II, aktivitas masyarakat juga berjalan seperti biasa. Warga yang bermata pencaharian sebagai petani pun masih pergi keladang-ladang mereka yang kebanyakan terletak di kaki gunung sindoro."biasa mawon mas, sing penting manut kalih kabar saking pemerintah (biasa saja mas, yang penting patuh pada instruksi yang dikeluarkan pemerintah), tutur Misrinah( (35), petani asal Kabelukan, Candiyasan.

Camat Kertek, Prayitno mengatakan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi aktif dengan pihak-pihak yang terkait termasuk koordinasi langsung dengan Pos Pengamatan Gunung Sindoro di desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Temanggung, " kami mengharapkan masyarakat tidak perlu was-was dan panik, karena setiap perkembangan mengenai aktivitas gunung sindoro akan selalu kami update."kata Prayitno. 


07 Desember 2011

KERTEK SIAPKAN 7 JALUR EVAKUASI

WONOSOBO - Sehubungan dengan naiknya status Gunung Sindoro menjadi waspada, Kecamatan Kertek telah menyiapkan langkah-lagkah antisipasi. Salah satunya dengan menyiapkan 7 jalur evakuasi bagi warga 9 Desa yang wilayahnya termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana II dan I. Hal tersebut terungkap dalam rapat koordinasi tanggap bencana yang dipimpin lagsung oleh Bupati Wonosobo, Kholiq Arif di Pendopo Bupati Wonosobo, pada hari Kamis (8/12).

Hadir dalam rapat, seluruh unsur Muspida, Tim SAR Kabupaten, ORARI, RAPI, SKPD terkait, dan unsur muspika dan kepala desa yang wilayahnya masuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gunung Sindoro yaitu dari Kejajar, Garung, Mojotengah, Wonosobo, dan Kertek.

Dalam paparannya kepada Bupati, Camat Kertek, Prayitno, juga mengungkapkan 9 lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pengungsian warga apabila terjadi letusan gunung sindoro yaitu Gedung serba guna kelurahan Kertek; Komplek Puskesmas Kertek I; Pasar Binangun; Balai Latihan Kerja di Ngadikusuman; Gedung olahraga Bojasari; Gedung serbaguna Wringinanom; Gedung serbaguna Ngadikusuman; Gedung serbaguna Sindupaten; dan Gedung serbaguna Bojasari."Disamping lokasi pengungsian yang disebutkan tadi, kami juga sudah menyiapkan lokasi pengungsian bagi hewan ternak milik warga,"ungkap Prayitno.

Selain lokasi untuk evakuasi, Kecamatan Kertek juga telah menginventarisir sumber-sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan tanggap bencana, "Kami telah mengkoordinasikan sebanyak 1.186 personel yang terdiri dari TNI-POLRI, Linmas Desa, dan Tim UPBD Kecamatan serta 52  tenaga medis dan 3 mobil ambulance yang siap digerakkan sewaktu-waktu apabila terjadi letusan."tambahnya.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Wonosobo menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang," Jangan terpancing kabar dan isu-isu yang tidak jelas yang dapat meresahkan masyarakat."imbau Kholiq. Disamping itu, Ia juga meminta kepada awak media untuk memberikan informasi yang valid kepada masyarakat," para wartawan agar menyajikan informasi yang benar dan jangan sampai menimbulkan kepanikan di masyarakat, imbuhnya.

Sampai dengan berita ini dimuat, status Gunung Sindoro masih belum berubah dari yaitu "WASPADA" sesuai dengan surat edaran dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) pada hari Senin (6/12) lalu.


06 Desember 2011

RAKOR MUSPIKA KERTEK, WARGA DIMINTA TETAP TENANG

KERTEK-Menyusul pernyataan yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi hari Senin (5/12) pukul 20.00 WIB mengenai status Gunung Sindoro yang dinaikkan dari normal menjadi waspada, Muspika Kertek menggelar rapat koordinasi antisipasi bencana sindoro pada hari Selasa malam (6/12) kemarin.

Rapat yang diadakan di Aula Kecamatan Kertek ini dihadiri oleh Muspika, Tim UPBD Kertek ,Puskesmas Kertek, Kades, dan Perangkat Desa Se-Kecamatan Kertek.

Dalam rakor tersebut ditetapkan 9 desa yang terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) yaitu KRB II yang berjarak 5 kilometer dari puncak sindoro meliputi Reco, Pagerejo, Candiyasan, Kapencar, Tlogomulyo, dan Damarkasiyan. Serta KRB I yaitu yang berjarak 5-8 kilometer dari puncak meliputi Purwojati, Purbosono, dan Candimulyo. Selain itu juga disusun skenario apabila terjadi erupsi Gunung Sindoro meliputi sinyal bahaya, proses evakuasi, titik evakuasi, logistik, tenaga medis dan personel. "Kami akan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada untuk mengantisipasi terjadinya bencana ini," tutur Camat Kertek, Prayitno.

Disamping itu, pihak kecamatan juga meminta partisipasi seluruh masyarakat Kertek untuk dalam mengantisipasi terjadinya bencana ini," Kami sangat mengharapkan sumbangsih seluruh masyarakat Kertek baik tenaga, pikiran maupun materi,"imbuh Prayitno.
"Kami juga menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan jangan mempercayai isu-isu yang yang dapat meresahkan masyarakat,"pungkas pria telah berpengalaman menangani bencana Merapi ini.