28 Mei 2011

Dibuka Pendaftaran Tenaga Kontrak Perusda BKK Kertek

Perusda BKK Kertek yang memiliki 4 cabang yaitu KPO Kertek, cabang Kalikajar, cabang Mojotengah dan cabang Kepil saat ini membuka lowongan tenaga kontrak sebanyak 8 orang. 4 diantaranya perempuan dan 4 lagi laki-laki. adapun persyaratannya antara lain:
1. WNI dengan melampirkan foto kopi KTP dilegalisir,
2. Usia minmal 18 tahun dan maksimal untuk lulusan SMA/SMK usia 25 tahun. maksimal untuk D.3 / S.1 usia 30 tahun per 30 mei 2011.
3. melampirkan ijazah yang dilegalisir
4. SKKB dan surat keterangan dokter.
5. tidak berstatus sebagai PNS atau CPNS
6. foto ukuran 4x6 sebanyak 4 lembar
7. Daftar Riwayat Hidup (DRH)
>lamaran ditujukan kepada Panitia pengadaan pegawai kontrak PD.BKK Kertek Jalan raya Parakan-Kertek no. 163 telpon 329131 pada jam kerja.
>pendaftaran dibuka mulai tanggal 30 mei - 7 juni 2011.
>Hasil seleksi administrasi diumumkan pada tanggal 13 juni 20111.
>Ujian tertulis dilaksanakan tanggal 20 juni 2011.
>pengumuman hasil ujian tertulis tanggal 23 juni 2011.
>ujian wawancara tanggal 25 juni 2011.
>pengumuman hasil ujian wawancara tanggal 27 juni 2011.
BAGI YANG TELAH MEMASUKKAN SURAT LAMARAN SEBELUM ADA PENGUMUMAN INI DIMINTA MENYUSULI SKCK DAN SURAT KETERANGAN DOKTER PADA BERKAS YANG SUDAH DIKIRIM KE BKK KERTEK.

Seluruh proses pengadaan tenaga kontrak ini TIDAK DIPUNGUT BIAYA.
informasi lebih lanjut bisa hubungi PD BKK Kertek, sebelah Kantor Kecamatan Kertek tentunya.......!!

25 Mei 2011

SEBUAH INSPIRASI BAGI KLILIN


Dari Bandung, Mengepak Sampai ke Negeri Kanguru

Oleh : Henni T. Soelaeman

Memulai bisnis sepatu dengan berkeliling naik sepeda, sekarang jaringan Edward Forrer terbentang sampai Malaysia dan Australia. Bagaimana lika-liku Edward membangun bisnisnya?

If you wait for perfect condition you will never get anything done Rangkaian kalimat yang dibingkai dalam pigura kecil di atas meja kerja itu rupanya bukan semata kalimat pajangan. Di mata Edward Forrer, semua impian bisa diwujudkan dengan kerja keras, konsistensi, serta keteguhan memegang dan menjalankan nilai. Jangan pernah menunda sebuah langkah. Tak perlu menunggu sampai keberanian muncul.Kalau saya sudah yakin, saya akan jalan terus,ungkapnya.

Boleh jadi, sikap itulah yang mengantarkan lulusan SMA ini sukses merentas kiprahnya sebagai pengusaha sepatu. Tak hanya di Kota Kembang, Edward bergaung. Brand Edward Forrer yang diambil dari nama pemiliknya, Edward Forrer, bergema pula di Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bali, Medan, Palembang, Lampung, Pekanbaru, Batam, Samarinda, Banjarmasin, Balikpapan, Manado, Makassar dan Palu. Bahkan, merek ini juga hadir meramaikan fashion sepatu di Malaysia dan Australia. Total terdapat 60 gerai Edward Forrer 19 gerai milik sendiri (termasuk yang di luar negeri), dan sisanya dikembangkan dengan pola waralaba.

Bagi para penikmat fashion, khususnya sepatu, nama Edward Forrer tidak asing lagi. Di Bandung, tempat merek ini lahir, Edward Forrer berkumandang mulai dari Dago sampai kawasan Margahayu. Jangan salah, Edward Forrer memang merek lokal. Adapun Edward Forrer sendiri, sang pemilik merek yang akrab dipanggil Edo, juga asli Bandung. Itu memang asli nama saya,katanya. Puluhan gerai Edward Forrer menyemarakkan ritel sepatu di Bandung. Sebagai cikal bakal, Edward Forrer memang menjamur di kota yang juga dijuluki Parisj van Java ini. Lebih dari dua windu, Edward Forrer eksis di jagat persepatuan. Padahal, puluhan merek mengepung, termasuk merek-merek dari luar negeri. Saat ini 35 ribu pasang sepatu Edward Forrer diproduksi saban bulannya.

Edward Forrer dibangun Edo saat ia berusia 23 tahun. Saat itu ia bekerja di perusahaan sepatu di Bandung. Saya bekerja di bagian gudang,Edo bercerita. Ketika itu, hasrat untuk membangun usaha sendiri sudah terbersit. Hanya saja, saya belum tahu mau usaha di bidang apa,imbuhnya. Secara kebetulan, ia membaca selarik artikel yang memaparkan tentang pengembangan talenta. Terinspirasi oleh artikel di sebuah harian Ibu Kota itu, Edo mulai mencari-cari bakat yang belum diberdayakannya. Sampai akhirnya ia menemukan bahwa sejatinya ia mempunyai bakat menggambar.

Talenta itu kemudian ia kembangkan dengan menggambar desain-desain sepatu. Karena saat itu saya bekerja di pabrik sepatu, kata Edo. Ia sendiri menggambar desain sepatu di rumah. Ternyata bosnya menyukai hasil rancangannya. Begitu pula rekan-rekan di tempatnya bekerja. Tak menunda waktu, Edo pun memutuskan keluar dari pabrik sepatu setelah 11 bulan bekerja. Saya katakan kepada bos bahwa saya akan membangun usaha yang sama tapi tidak akan menjadi pesaingnya,cerita Edo.

Dengan modal keberanian dan mimpi, Edo mulai menapaki babak baru dalam hidupnya. Ia bertekad membangun usaha pembuatan sepatu perorangan. Modal Rp 200 ribu ia belikan bahan baku sepatu. Ia menawarkan desain sepatunya dengan mendatangi para kerabat, teman ataupun kenalannya. Kalau ada yang memesan, barulah ia membuatnya. Untuk pembuatannya, ia mempekerjakan dua orang tukang. Saya mengumpulkan modal dari uang muka pemesanan sepatu, ungkap Edo yang waktu itu harus berkeliling naik sepeda menawarkan desainnya. Saya sampai kehujanan,katanya mengenang.

Ternyata produk sepatu yang customized itu membuat banyak orang kepincut. Dengan getok tular, menyebarlah promosi produknya. Kalau mau buat sepatu, ke Edo saja. Ini buat saya promosi yang sangat ampuh,ucap Edo. Akhirnya, konsumenlah yang mendatangi rumahnya untuk dibuatkan sepatu. Waktu itu, dalam sehari ia bisa menerima 30 order sepatu. Lama-kelamaan saya kewalahan, ceritanya. Untuk mengembangkan usaha, ia membangun strategi dengan mengubah pola. Saya menambah produksi, sistemnya bukan cuma pesan tapi juga bisa langsung beli,katanya. Produksi sepatu ready stock ditawarkan untuk menyiasati kebutuhan konsumen. Tapi, jumlahnya masih sedikit, ia menambahkan.

Pasar yang sudah terbentuk mengukuhkan keberanian Edo untuk membuka toko. Toko dengan ukuran 3 x 4 m2 itu ternyata menjadi gerbang bagi Edo meraih mimpinya. Dan, mimpi menjadi pengusaha sukses pun mampu digapainya hanya dalam waktu beberapa tahun.

Untuk penyebaran produk, ia kembali membuka toko di Jl. Veteran. Responsnya luar biasa, booming sekali, ucap Edo sumringah. Konsumen tak hanya berdatangan dari penjuru Bandung, melainkan juga dari berbagai kota lain, terutama Jakarta. Sukses ini membuat langkah Edo tak terbendung. Ia pun mengepakkan sayap ke Bali. Sukses juga. Berikutnya ke Jakarta. Bahkan ke Malaysia dan Australia.

Bagi Edo, melintasi batas negara bukan tanpa kalkulasi. Saya yakin dengan brand saya dan produknya, ungkap ayah sepasang anak ini. Bahkan, Australia dijadikan head office untuk go international. Bertempat di Goldcoast, Edo pun mulai merajut mimpinya untuk menaklukkan pasar ritel sepatu dunia. The best shoes store in the world, itu visi marketing saya, ia bertutur. Diakuinya, karena segmen yang dibidik berbeda, standar kualitas produk Edward Forrer juga berbeda. Australia ini akan dijadikan project model shop untuk pasar internasional, kata Edo yang merintis pembukaan gerai di Australia pada 2003.

Baginya, mengembangkan merek di mancanegara memang mimpinya setelah sukses di Tanah Air. Saya ini pemimpi dan visioner. Saya selalu punya mimpi dan berusaha untuk mewujudkan mimpi itu, kata pelahap bacaan manajemen ini. Dan, Edo yakin mereknya bisa dibawa ke luar negeri. Brand-nya sudah berbau Prancis, katanya sambil tertawa.

Diakui Edo, cukup lama menggodok konsep pembukaan gerai sekaligus head office di Goldcoast. Saya mempelajarinya dengan cermat karena tidak mau gegabah, ujar Edo seraya mengakui, awalnya ia pun sempat tersandung. Pasalnya, ia tidak menguasai sepenuhnya regulasi di Negeri Kanguru itu, termasuk budaya bisnis ritel dan SDM-nya. Menurutnya, setelah dipelajari, ia kemudian mengubah pola dengan sepenuhnya mempekerjakan orang-orang lokal di sana.

Disebutkan Edo, faktor lokasi ikut pula menentukan keberhasilan bisnis ritel. Ia berterus terang, selama 17 tahun membangun bisnis Edward Forrer, beberapa kali sempat terjungkal. Penyebabnya macam-macam, mulai dari lokasi yang kurang strategis sampai SDM. Yang penting, kita mau belajar dari kegagalan yang pernah kita lakukan sehingga kita tidak jatuh untuk kedua kalinya, Edo menuturkan.

Batu sandungan yang dialami Edo tidak membuatnya terpuruk, sebab ia memulai usaha dari nol. Saya merasakan perihnya membangun usaha ini. Tidak punya modal, mengetuk pintu-pintu rumah sampai naik sepeda dan kehujanan. Saya mampu melewati masa itu, sehingga sandungan berikutnya bisa saya atasi dengan sikap pantang menyerah, paparnya.

Menurut kelahiran Bandung, 25 Oktober 1966 ini, kunci sukses Edward Forrer adalah selalu berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen. Harga beragam sepatu atau sandal buat perempuan dan pria serta anak-anak ini juga terjangkau berbagai kalangan. Dengan mematok harga di kisaran Rp 150-400 ribu, segmen yang dibidik Edward Forrer mulai kalangan menengah sampai menengah-atas.

Selain kualitas produk, Suasana nyaman harus hadir saat konsumen berbelanja, mulai dari keramahan petugas sampai kenyamanan tokonya, ungkap Edo. Di setiap gerai Edward Forrer, Edo berusaha menghadirkan atmosfer dan nuansa yang bisa membuat pengunjung nyaman berbelanja. Sebut saja Edward Forrer di Dago, tempatnya lapang, tatanan displai produknya tak kalah menarik. Belum lagi desain gerainya yang minimalis modern.

Kenyamanan jugalah yang berandil membangun citra Edward Forrer. Kemudian, Edo pun melangkah dengan pola waralaba untuk ekspansi pada 2005. Saya menggodok pola ini cukup lama karena saya ingin fondasinya kuat dulu, visi saya harus kuat dulu, ia berujar. Meski permintaan sudah banyak, ia tidak tergiur untuk segera mencetak uang. Saya menawarkan konsep dan sama-sama membangun SDM-nya, imbuhnya. Menurut Edo, pengembangan 40-an gerai yang dibuka melalui waralaba menjadi bukti bahwa Edward Forrer memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Ada beberapa orang yang sukses mengembangkan 5-6 gerai di berbagai kota, ucapnya.

Ada empat kategori waralaba yang ditawarkan Edward Forrer. Mulai dari investasi Rp 200 juta sampai di atas Rp 900 juta. Perbedaan investasi ini melihat dari luas gerai yang akan dibuka. Paling kecil 30-100 m2 sampai di atas 300 m2. Adapun fee royalti yang dipatok Edward Forrer 3% dari total omset setiap bulannya; sedangkan fee waralaba yang wajib dibayar franchisee disesuaikan dengan kategori yang dipilih, mulai dari Rp 50 juta sampai Rp 125 juta.

Dipilihnya pola franchise karena Edo menilai sistem ini bisa mengakomodasi kepentingan semua pihak yang bekerja sama. Artinya, baik franchisee maupun franchisor mempunyai tanggung jawab yang sama besar dalam mengembangkan usaha. Saya sudah pelajari cukup lama pola ini, kata Edo. Ia menuturkan, untuk mencari mitra bisnis Edward Forrer, ia sendiri menerapkan prinsip ketat. Kami terbuka untuk bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki kesamaan visi, berpikir besar dan excellent value standard, tuturnya. Kesamaan visi ini ia tularkan juga kepada 250 karyawannya. Supaya mereka tahu arah perusahaan dan goal yang akan dicapai, kata Edo. Untuk itu, ia memberlakukan displin yang ketat supaya seluruh karyawan mampu menjaga nilai dan visi perusahaan.

Pak Edo sangat keras, disiplinnya tinggi, ungkap Hermana Yusuf. Di mata staf pemasaran ini, Edo cukup terbuka pada ide-ide dan masukan dari bawahannya. Ia juga mau sharing ilmu, kata Hermana yang bergabung dengan Edward Forrer sejak 1998. Karena Edo banyak tinggal di Australia, bosnya itu sudah memberikan otoritas wewenang kepada 6 orang direkturnya. Kecuali emergency, ya harus menunggu Pak Edo, ujarnya.

Di matanya, Edo juga mampu membangun suasana kerja yang dinamis. Ide-ide dan inovasi baik dari sisi produk, pemasaran maupun manajemen selalu dibagikan Edo kepada karyawannya. Ia juga memberi motivasi dan target. Hanya saja, larinya terlalu kencang sehingga kami suka terbirit-birit, kata Hermana.

Ya, Edo memang tidak puas dengan 60 gerai. Ia mencanangkan, di tahun 2008 gerai Edward Forrer menjadi 200, dan hadir di 12 negara. Menurutnya, dalam waktu dekat ini, Uzbekistan dan India akan datang ke Bandung untuk melihat Edward Forrer. “Kami sedang menggodok kerja samanya, ujar Edo.

Bagi Edo, imbas pengembangan Edward Forrer untuk kemajuan karyawan juga. Karena itu, ia tak mau kompromi dengan disiplin. Semisal, ia sudah membuat aturan larangan merokok di kantor. Sanksinya, dipecat. Eh, ada karyawan yang melanggar aturan itu, ya saya keluarkan. Saya tidak peduli ia tidak punya pekerjaan karena ia sudah paham dengan aturan itu, Edo menegaskan. Edo juga tidak mau kompromi dengan pemasok yang suka memberikan tip kepada anak buahnya. Saya langsung memutuskan kontrak kerja sama, tandas Edo.

Menurut Edo, nilai perusahaan harus dipahami oleh karyawannya. Karena salah satu misi perusahaan adalah to build our team with all gifts, skills, abilities, and all excellent attitudes we have. Meski memegang teguh dispilin, Edo juga seorang pemimpin yang memberikan ruang keterbukaan kepada karyawannya. Karyawan juga harus tahu cash flow perusahaan, positif atau negatif. Harus tahu kondisi keuangan perusahaan. Mereka jadi tidak seenaknya bekerja. Mereka menjadi termotivasi untuk bekerja lebih baik, ungkap Edo, yang lebih senang disapa tanpa embel-embel Pak oleh anak buahnya.

Dalam pandangan Edo, kalau ia mampu menularkan nilai yang baik kepada anak buahnya, mereka pun akan melakukan hal yang sama kepada keluarganya. Begitu seterusnya. Yang tadinya merokok jadi tidak. Yang tadinya buang sampah sembarangan jadi disiplin. Hal-hal kecil memang, tapi buat saya ini penting juga ditanamkan kepada mereka, tandas Edo seraya mengungkapkan bahwa sang ibu berperan penting dalam membangun karakter dirinya.

Untuk loyalitas konsumen sendiri, bagi Edo kuncinya adalah produk dan pelayanan. Komunitas Edward Forrer sudah terbentuk. Mereka sudah fanatik, katanya. Inovasi produk tak pelak terus dilakukannya. Caranya, selain dengan meng-update fashion terkini, Edward Forrer pun rajin meminta masukan dari konsumen tentang tren sepatu yang diinginkannya. Jadi kami langsung bisa menjawab kebutuhan mereka, katanya. Yang pasti, untuk desain Edo sangat menabukan peniruan dari kompetitor atau merek terkenal. Untuk desain, saya juga dibantu tim, lanjut Edo. Sementara untuk pengontrolan produk dan lainnya, ia memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi.

PROFIL DESA SEBAGAI BASIS DATA KABUPATEN

KERTEK-Dalam rangka penyusunan basis data Kabupaten Wonosobo, pada hari Rabu kemarin (25/5) di Kecamatan Kertek diselenggarakan Bintek Profil Desa. Acara yang terselenggara atas kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan FNS ini dihadiri oleh sekitar 60 peserta dari seluruh desa yang berada di wilayah Kecamatan Kertek yang nantinya akan bertugas sebagai operator penyusunan profil desa di tingkat desa. Sedangkan biaya penyusunan profil desa ini dibebankan kepada Alokasi Dana Desa dari masing-masing desa.
Profil Desa ini seben
arnya merupakan produk lama yang merupakan amanat dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 12 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan, namun di Kabupaten Wonosobo baru dilaksanakan pada tahun 2011. Keterlambatan ini disebabkan oleh belum siapnya hardware dan software yang diperlukan bagi program tersebut meskipun pada awalnya telah disiapkan sotware dari depdagri.
Di Kabupaten Wonosobo sendiri, program ini telah diintegrasikan dengan sistem informasi dan data yang sudah ada sehingga nantinya aplikasinya dapat lebih simpel dan data yang dihasilkan tidak tumpang tindih.
Camat Kertek, Agus Wibowo,S.Sos dalam sambutannya mengharapkan dengan adanya bintek ini maka petugas di desa dapat mengolah data dengan baik,"setelah bintek ini semua petugas harus benar-benar menguasai aplikasi ini."
Dengan adanya program profil desa ini diharapkan nantinya akan terbentuk suatu data dasar yang valid dan dapat digunakan oleh instansi yang berkepentingan sehingga program-program pembangunan yang ada di Kabupaten Wonosobo dapat benar-benar tepat sasaran.

19 Mei 2011

MEMBANGKITKAN KEMBALI SEMANGAT KEBANGSAAN

KERTEK-Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ( harkitnas) ke-103 Kecamatan Kertek pada tahun ini mengambil tempat di SMA Kertek dengan Inspektur upacara Camat Kertek Agus Wibowo,S.Sos dengan tema " Dengan Semangat Hari Kebangkitan Nasional Ke-103 tahun 2011, Kita Wujudkan Kebangsaan Yang berkarakter, Bersatu dan Berdaya Saing Menuju Masyarakat Yang Sejahtera.". Upacara ini diikuti oleh Mupika, Dinas Instansi di Kecamatan Kertek, Guru serta seluruh siswa SMA Kertek.
Dalam amanat Menteri Komunikiasi dan Informatika yang dibcakan oleh inspektur upacara disampaikan bahwa seluruh rakyat Indonesia harus kembali menjiwai semangat nasionalisme yang telah dirintis oleh para pemuda Indonesia pada jaman dahulu. Dengan kembalinya rasa nasionaisme yang dewasa ini makin pudar diharapkan nantinya bangsa Indonesia akan kembali menjadi bangsa yang kuat, berkarakter dan siap menghadapi persaingan global. Sehingga pada akhirnya akan tercapai masyarakat Indonesia yang sejahtera dan bisa sejajar dengan negara-negara maju lainnya.
Dalam upacara yang berlangsung khidmat ini juga diucapkan selamat kepada SMA Kertek yang pada tahun ini siswanya dapat lulus seratus persen. Hal ini merupakan prestasi yang menggembirakan karena pada tahun lalu tingkat kelulusan siswa SMA ini hanya 87,97 persen.

MOMOK TUBERCULOSIS

KERTEK - Tuberculosis (TBC) masih menjadi menjadi penyakit mematikan nomor dua setelah HIV/AIDS. hal itu diungkapkan oleh Kepala Puskesmas I Kertek dr. Tri Mulyani dalam acara sosialisasi Tuberculosis yang diadakan di Aula Kecamatan Kertek pada hari Rabu (19/5). Acara yang masih dalam rangkaian Hari Kesatuan Gerak PKK ini dihadiri oleh sekitar 100 orang yang terdiri dari kader PKK desa se-kecamatan kertek, TP PKK Kecamatan, TP PKK Kabupaten serta tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
"Menurut survei WHO di Indonesia pada tahun 2009, terdapat 600.000 kasus TBC dan 91.000 diantaranya meninggal,"ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut disampaikan pula bahwa kondisi lingkungan yang buruk dapat mempertinggi resik
o penyebaran penyakit ini. Penularan dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui dahak penderita."Namun untuk memastikannya harus melalui uji laboratorium terlebih dahulu,"tambahnya.
Penyakit TBC ini sebenarnya dapat disembuhkan namun harus telaten karena waktu pengobatannya yang rela
tif lama. oleh karena itu dibutuhkan adanya PMO ( Pengawas Minum Obat) bagi penderita TBC. Namun akan lebih baik lagi apabila diadakan tindakan pencegahan. " Hidup sehat dengan cara asupan gizi seimbang, istirahat cukup,menjaga kebersihan lingkungan dan tidak merokok merupakan tindakan pencegahan yang sangat efektif," imbuhnya pula.
Ketua TP PKK Kecamatan Kertek, Ny Ita Agus Wibowo bahwa dengan diadakannya kegiatan ini maka para kader PKK desa dapat lebih aware dengan penyakit ini sehingga persebarannya dapat dicegah." Kader-kader PKK di desa diharapkan dapat memberikan informasi dan bimbingan kepada masyarakat mengenai penyakit TBC, mulai dari tingkat RT sehingga persebaran penyakit ini dapat dicegah," tuturnya.


10 Mei 2011

“BRANDING” KERTEK, SUDAH SIAPKAH???


PERNAHKAH anda mendengar nama Kertek? Apabila anda sering bepergian dari arah Purwokerto menuju Semarang pasti melewati wilayah ini, karena wilayah ini terletak di sepanjang jalur protokol menuju ke arah timur Kabupaten Wonosobo. Namun apabila ada yang menanyakan lebih dalam tentang kecamatan ini saya yakin anda akan banyak menjawab “tidak tahu” atau sekedar menggelengkan kepala saja.

Kebanyakan dari kita mungkin hanya tahu bahwa daerah ini hanya terdiri dari deretan toko, warung makan, pedagang kaki lima dan ....macet. Namun tahukah anda apabila di wilayah ini terdapat pusat kerajinan sepatu sekelas Cibaduyut? Atau pusat kerajinan besi seperti Garut? Atau juga Sentra Batik seperti di Solo? Saya yakin kebanyakan dari anda akan menggeleng ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan itu. Karena memang produk-produk kerajinan dari sentra-sentra tadi kebanyakan hanya mentok di pasar tradisional maupun dibiarkan berdebu di ruang pamer.

Kertek sebagai salah satu daerah penyangga Kabupaten Wonosobo sebenarnya menyimpan ”1001” potensi dan atraksi menarik yang belum tereksploitasi atau bahkan sama sekali belum tereksplorasi. Mulai dari kuliner, pariwisata, pertanian dan home industry. Potensi-potensi yang ada di wilayah ini adalah yang paling komplit apabila dibandingkan dengan wilayah lain di Kabupaten Wonosobo. Namun dari sekian banyak potensi yang ada, hanya segelintir yang telah digarap dengan serius baik oleh pemerintah maupun oleh pemilik usaha itu sendiri. Sisanya dibiarkan hidup secara”alamiah”(itupun kalau masih bisa bertahan hidup).

“Sepatu Klilin” begitu kamu menyebutnya, bukan tidak pernah mendapat tempat di berbagai even pameran yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten Wonosobo. “Pande Besi Sambon” pun pernah beberapa kali menghiasi dunia maya. “Batik Kembang Keli” juga tak pernah absen dari even pameran di daerah lain. Akan tetapi langkah-langkah yang diambil selalu tidak sepenuh hati alias setengah-setengah. Promosi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sekedar bersifat menawarkan-atau memamerkan- tanpa mempertimbangkan aspek kualitas. Cara promosinya pun masih konvensional, bahkan tak jarang penjaga stan pameran tak bisa memberikan penjelasan mengenai produk yang dipamerkan (??)

Pemasaran dan promosi produk seringkali tidak didahului dengan manajemen mutu yang baik. Para produsenpun sepertinya enggan untuk berinovasi, atau mungkin karena memang tidak mendapat informasi yang cukup mengenai perkembangan produk, sehingga konsumenpun sering dibuat kecewa dan akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli.

Dengan Quality Control ketat, inovasi produk dan manajemen promosi yang baik, bukan tidak mungkin, kelak kita akan melihat sepatu klilin dipajang di counter Shoeline Ambarukmo Plaza ataupun bersaing dengan rekan sejawatnya Buccheri maupun Edward Forrer, sesama produk lokal yang sudah mendunia. Kerajinan pande besi sambonpun kelak bisa mengembangkan produknya dari “sekedar” cangkul dan sabit menjadi kerajinan samurai jepang ataupun pisau khukri senjata khas tentara Gurkha. Dan sekali lagi hasil kerajinan ini akan menempati ruang pamer yang lebih layak dari hanya pasar tradisional.

Mungkin sudah saatnya -atau agak terlambat- pemerintah kembali memikirkan secara lebih serius untuk memfasilitasi pengembangan potensi di daerah. Tentu saja hal itu tidak bisa dilakukan sendirian. Pihak swasta dan produsen sendirilah yang akhirnya akan menjadi motor penggerak kemajuan. Sehingga nantinya “sendang surodilogo” bisa kembali dikunjungi orang, dan “jalur maut kertek” akan berubah menjadi “jalur wisata dan rekreasi kertek”.

HKG PKK & BBGRM KERTEK

KERTEK-Dalam rangka Hari Kesatuan Gerak PKK (HKG PKK) dan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat ( BBGRM), Tim Penggerak PKK Kecamatan Kertek mengadakan berbagai macam kegiatan. Di antaranya adalah Lomba Cipta Menu Sehat Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) yang dilaksanakan hari senin(10/5) kemarin. Lomba yang mengambil tempat di aula Kecamatan Kertek ini diikuti oleh 13 Desa dan Kelurahan se- Kecamatan Kertek.

Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Kertek, Ny. Ita Agus Wibowo dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan menu sesuai kaidah B2SA dengan menggunakan potensi dan bahan baku lokal. “Dengan penggunaan bahan baku lokal seperti ini nilai gizinya lebih terukur.”ungkapnya.” Tidak hanya nilai gizinya saja yang kami nilai, namun juga tampilan dari hidangan juga menjadi poin tersendiri di dalam penilaian,”tandasnya. Dalam lomba ini ditampilkan berbagai macam menu sehat dengan tampilan yang sangat menarik.

Dengan diadakannya lomba tersebut diharapkan kader PKK di desa dapat menciptakan menu sesuai dengan kaidah B2SA.” Menu-menu dengan kandungan gizi seimbang seperti ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga, terutama bagi tumbuh kembang anak.” Lomba ini dirasa penting mengingat makin maraknya makanan-makanan siap saji yang tidak jelas kandungan gizinya.

Rangkaian kegiatan dalam rangka HKG PKK dan BBGRM ini juga akan diisi dengan kegiatan Posyandu Lansia dan balita, Menanam bunga di Desa Tlogodalem serta donor darah yang rencananya akan dimulai pada tanggal 19 Mei mendatang.

"REGROUPING" SEKOLAH

KERTEK-Mengingat belum meratanya distribusi siswa dan guru di sekolah-sekolah di wilayah Kecamatan Kertek maka pada tahun ajaran baru direncanakan akan diadakan regrouping (penggabungan-red) bagi sekolah dasar. Wacana ini diungkapkan oleh Kepala UPTD Dispora Kertek Drs. Supriyanto ketika meninjau pelaksanaan Ujian Nasional SD/MI kemarin.”Di satu sisi banyak SD yang kekurangan murid namun banyak SD yang overload.”ungkapnya.” Hal ini juga berlaku bagi guru karena distribusi guru di Kecamatan Kertek juga masih belum merata”,imbuhnya.

Wacana penggabungan sekolah ini sebenarnya sudah ada sejak awal tahun ini, namun baru akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru. Hal ini dimaksudkan agar prosesnya tidak mengganggu pelaksanaan Ujian Akhir Nasional yang sedang berlangsung.

Penggabungan sekolah ini akan diberlakukan bagi sekolah-sekolah yang berada dalam satu komplek maupun sekolah-sekolah yang berada dalam radius jarak maksimal 2 kilometer.” Dengan adanya penggabungan ini diharapkan nantinya akan ada efisiensi anggaran, maksimalisasi proses pembangunan dan proses belajar mengajar di sekolah.” Disamping itu, pemberdayaan stakeholder di sekolah dapat lebih dimaksimalkan juga, “tandasnya.

Camat Kertek, Agus Wibowo, S.Sos ketika ditemui mengatakan pihaknya sangat mendukung rencana ini,”kami sangat mendukung rencana ini dan akan kami fasilitasi penuh” tuturnya. “Namun program ini jangan sampai merugikan para kepala sekolah yang saat ini masih menjabat,”pungkasnya.

Kelangkaan guru sekolah dasar di Kecamatan Kertek menyebabkan banyak guru yang harus mengajar di dua tempat sekaligus, bahkan tak jarang dua sekolah mempunyai Kepala Sekolah yang sama. Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan bagi pelaksanaan penggabungan sekolah kedepannya.