31 Mei 2012

KESEMPATAN MAJU DAN BERKARIR BERSAMA BMT MARHAMAH


Inilah saat dan tempat yang tepat
Untuk membangun prestasi dan berkarir
Dengan pendapatan dan insentif yang kompetitif

Berpengalaman lebih dari 17 tahun serta didukung manajemen yang profesional, tata amanah , independen, mandiri, profesional dan kekeluargaan

Oleh karena itu pada tahun 2012 ini BMT Marhamah membuka kesempatan kepada anda yang menyukai tantangan untuk maju dan mengembangkan karir bersama kami




LOWONGAN DAN KUALIFIKASI:
  • Job Marketing, Laki-laki Pendidikan D3 / S1
  • Job Administrasi Pembukuan, Wanita Pendidikan SMK Akuntansi
  • Job Teller, Wanita Pendidikan minimal SMK Akuntansi
KULIFIKASI KHUSUS :
  • Nilai minimal SMK : 7,0 dan IP minimal D3/ S1 : 2,7
  • Usia maksimal 28 tahun dan diutamakan memiliki sepeda motor
  • Jujur, amanah dan berperilaku Islami
  • Memiliki motivasi tinggi dan terbiasa bekerja dengan target
  • Memiliki inovasi, kreatifitas tinggi serta memiliki daya berfikir dan analisa yang kuat
  • Sanggup dan bersedia menyertorkan Modal Penyertaan Sejumlah Rp 15.000.000,00
PERSYARATAN PENDAFTARAN :
  • Surat Lamaran Kerja
  • Daftar Riwayat Hidup
  • Fotocopy Ijazah dan transkrip nilai terakhir
  • Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Polres/ Polsek setempat
  • Kartu AK-1 Depnakertrans
  • Fotocopy KTP
  • Fotocopy Akta Kelahiran
  • Pas Foto terbaru ukuran 3x4 2 lembar
Kirimkan Lamaran anda ke Divisi SDM BMT Marhamah JL.Tumenggung Jogonegoro KM o,5 Wonosobo paling lambat tanggal 15 Agustus 2012 atau datang langsung pada Job Fair Disnakertrans tanggal 3 Juli 2012.

20 Mei 2012

RUSAK BERAT, "JALAN ASPIRASI" DIBONGKAR WARGA


WONOSOBO - Ratusan warga Desa Kapencar, Kecamatan Kertek membongkar jalan desa rabat beton yang dibangun menggunakan dana aspirasi DPRD Wonosobo tahun 2011, Jumat (18/5). Pembongkaran itu dilakukan karena  jalan tersebut sudah rusak parah dan sering terjadi kecelakaan. Jalan desa sepanjang 500 meter lebih yang dibangun pada November 2011 itu sudah mengalami kerusakan sejak satu bulan setelah proses pembangunan selesai.  

Kepala  Dusun Kapencar, Desa Kapencar, Sumarsono mengatakan, jalan yang dibongkar itu sepanjang 20 meter. Rencananya jalan lain yang sudah rusak juga akan dibongkar secara bertahap. Sepanjang 480 meter yang dibangun menggunakan dana aspirasi itu  kondisinya juga rusak parah. Padahal jalan itu dibangun bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dia menjelaskan, sebelumnya pihaknya sudah melaporkan kondisi itu kepada Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Waktu itu Pemkab berjanji akan segera memperbaiki kerusakan jalan itu, namun setelah ditunggu lama pembangunan itu tak kunjung direalisasi. Akhirnya warga berinisisatif untuk membongkar jalan tersebut.  Pembongkaran jalan itu dilakukan setelah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Kapencar.

Pihaknya sudah membuat berita acara terkait pembongkaran jalan tersebut. "Pembongkaran itu merupakan keinginan warga," katanya.  Kades Kapencar, Dwi Retnoningsih mengatakan, pembangunan jalan itu tidak melibatkan masyarakat dan pihak Pemerintah Desa Kapencar. Proyek itu dilakukan oleh pihak ke tiga dengan kualitas bangunan jelek. Baru satu bulan dibangun, jalan itu sudah mengelupas. Banyak batu yang lepas dari bangunan menyerupai sungai kering. Akibatnya, di jalan tersebut sering terjadi kecelakaan.  "Kualitas jalan sangat jelek," paparnya. Dalam waktu dekat pihaknya akan melaporkan hal itu kepada Pemda untuk dapat ditindaklanjuti. Setelah membongkar jalan, warga kemudian membenahi jalan menjadi jalan rolakan menggunakan sisa batu jalan sebelumnya. 

Dijelaskan, program pembangunan seharusnya bisa membantu masyarakat dan bukan membebani masyarakat. Jika kondisi jalan di Desa Kapencar tidak diperbaiki maka warga mengancam akan menolak alokasi dana aspirasi. "Program itu tidak sesuai dengan bestek yang ada," ungkapnya. Jika Pemkab akan memperbaiki, imbuh dia, warga berharap untuk dilibatkan secara langsung dalam proyek itu sehingga bisa mengontrol jalannya pembangunan. Rinto Hariyadi

WWW.SUMBERDALEM.COM PORTAL DUNIA MAYA DESA SUMBERDALEM


KERTEK - Pemanfaatan Teknologi informasi (IT) seakan-akan menjadi kebutuhan pokok dewasa ini. Mulai dari anak-anak usia sekolah dasar sampai dengan ibu-ibu rumah tanggapun telah mengenal teknologi ini. Media sosial seperti facebook dan twitterpun laris manis bak kacang goreng. Namun ironisnya pemanfaatan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat ini masih sebatas sebagai sarana hiburan, shopping, ataupun sebagai sarana curhat belaka. Padahal dibalik semua itu, teknologi informasi mempunyai manfaat yang sangat besar di bidang yang lain.

Desa Sumberdalem dengan jumlah pengguna internet yang terbilang besar, yaitu hampir setengah dari jumlah penduduknya,  telah mencoba untuk memanfaatkan IT dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Mulai dari yang sederhana seperti administrasi surat menyurat, kependudukan, database profil desa, kearsipan sampai dengan pemanfaatan internet sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Bahkan sejak awal tahun 2011 desa ini telah mempunyai website sendiri. ”Website ini berawal dari blog sumberdalem yang kami buat pada tahun 2010 sebagai media informasi bagi masyarakat,” tutur Sunar (38), admin website Desa Sumberdalem.

Situs Desa Sumberdalem ini dapat diakses melalui alamat www.sumberdalem.com dan berisikan informasi-informasi penting seputar desa sumberdalem.”Website ini memuat berbagai informasi seputar pemerintahan, pertanian, serta potensi-potensi yang terdapat di sumberdalem,”imbuh Sunar.

Pemerintah desa sumberdalem sendiri merasa sangat terbantu dengan pemanfaatan teknologi informasi ini,”Dengan penggunaan IT di bidang pemerintahan sedikit banyak dapat meringankan beban tugas pamong desa, baik di bidang administrasi maupun di bidang kemasyarakatan,”ungkap Rohmat, kepala desa sumberdalem.

“Dan kami bangga karena sepengetahuan kami baru desa sumberdalem yang mempunyai website,terutama di wilayah Kecamatan Kertek,”imbuhnya.

Memang tak bisa dipungkiri penggunaan teknologi informasi khususnya bagi instansi pemerintah masih sangat minim. Hal itu ditambah dengan jaringan internet yang belum menyentuh sampai ke pedesaan. “Sementara ini kami masih menggunakan modem pribadi untuk mengakses internet karena memang di sumberdalem ini belum terdapat jaringan internet,”aku Sunar.

Keberadaan website sumberdalem ini dinilai positif oleh masyarakat desa karena disamping sebagai sumber informasi, situs ini juga menyediakan ruang publik bagi warga yang mempunyai uneg-uneg, pertanyaan, kritik dan saran bagi pemerintah desa.”Kami sangat menyambut baik adanya website ini karena kami dapat mengakses segala informasi mengenai desa kami dengan cepat dan transparan,”tutur Rofik (26) salah seorang warga. 

14 Mei 2012

IKON UNGGULAN YANG HAUS SENTUHAN


SAPURAN – Kabupaten Wonosobo menyimpan banyak potensi terpendam yang masih harus digali. Salah satunya ialah kerajinan anyaman bambu dari Desa Rimpak, Kecamatan Sapuran. Dari 1.375 KK yang menghuni desa yang terletak sekitar 20 km dari pusat kota Sapuran ini, 700 KK diantaranya merupakan perajin anyaman bambu.

Tidak jelas awal mula kerajinan anyaman di desa ini, Namun menurut Kepala Desa Rimpak, Zaeni (44), keterampilan membuat anyaman bambu yang dipunyai oleh warganya ini merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang warga Rimpak,” Saya sendiri tidak tahu pasti, karena kerajinan ini sudah ada sejak jaman dahulu.”

Tidak mengherankan apabila di wilayah desa ini banyak ditemukan rumpun bambu dari berbagai jenis.

Hasil kerajinan anyaman bambu disini sangat beragam, mulai dari keperluan rumah tangga seperti cething, besek, dan tampah hingga asesoris-asesoris cantik seperti tas, vas bunga dan tempat kosmetik, dapat dibuat oleh warga Rimpak. Usia perajin di desa inipun sangat bergam, mulai dari simbah-simbah sampai dengan anak usia sekolah. Sang Kepala desapun tak mau ketinggalan untuk menjadi salah seorang perajin.

Proses pembuatan anyaman ini memang tak mudah. Sangat dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dari pembuatnya. “ Dalam satu minggu, rata-rata kami dapat menghasilkan 1000 buah kerajinan rumah tangga sederhana, namun untuk kerajinan seperti asesoris produksinya masih sangat terbatas karena jumlah perajin yang masih sedikit dan juga prosesnya yang rumit,”imbuh pria yang pernah mengenyam pelatihan seni anyaman bambu di Tasikmalaya dan Yogyakarta ini.

Dalam membuat 1 jenis asesoris seperti tas dibutuhkan paling tidak 10 kali proses mulai dari pemilihan bahan baku, penganyaman, perendaman sampai dengan pewarnaan dan finishing. Harga kerajinan inipun bervariasi, mulai dari 2 ribu sampai 200 ribu.

Untuk mengatasi keterbatasan produksi, khususnya asesoris dan hiasan, di desa ini telah dibentuk kelompok perajin yang beranggotakan 25 orang yang dikoordinir oleh organisasi Fatayat-Muslimat setempat. Disamping pelatihan secara mandiri, kelompok ini juga telah mendapatkan bantuan berupa permodalan, peralatan dan pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo.

Pihak desa juga sedang merintis kerjasama dengan sekolah setempat untuk memasukan anyaman sebagai salah satu muatan lokal bagi siswa.”Selain sebagai komoditas komersial, kami juga berharap agar anyaman ini dapat dipakai sebagai sarana edukasi sehingga nantinya kerajinan anyaman ini dapat terus hidup dan berkembang,”tambahnya pula.

Mahasin (35), salah seorang perajin mengaku senang dengan adanya perhatian dari pemerintah,”Kami merasa sangat terbantu dengan adanya perhatian dari pemerintah terutama dengan adanya pelatihan, kami juga berharap agar pelatihan-pelatihan kerajinan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar kami dapat terus berinovasi.”

Kualitas produk yang dihasilkan tak kalah dengan produk-produk serupa dari daerah lain. Tak heran  apabila anyaman bambu dari Rimpak ini sering didapuk untuk mengikuti pameran di luar daerah dan menjadi salah satu ikon kerajinan dari Kabupaten Wonosobo.

Keberhasilan yang dicapai ini tak serta merta membuat warga desa ini puas. Hal ini disebabkan karena masih ada hambatan yang mengganjal. Hambatan utama yang dihadapi adalah minimnya jumlah perajin dan juga kesulitan pemasaran,”Sementara ini pemasaran produk asesoris kami hanya berdasarkan pesanan saja, promosinyapun hanya sebatas melalui pameran dan getok tular, selain itu karena minimnya jumlah perajin,  membuat kami belum berani untuk menerima order dalam jumlah besar, “tutur Zaeni.


“Kami masih sangat mengharapkan bantuan dari berbagai pihak terutama di untuk promosi dan pemasaran karena kami berharap kerajinan anyaman bambu ini dapat dikenal oleh masyarakat luas dan tidak hanya sebagai ikon saja namun juga untuk meningkatkan taraf hidup warga ,”pungkasnya.

07 Mei 2012

KERAJINAN WAYANG KULIT, MENCOBA BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN ZAMAN


KERTEK - Arus globalisasi dan digitalisasi yang semakin deras dewasa ini membuat nilai-nilai tradisi semakin terpinggirkan. Tak mengherankan apabila semakin banyak generasi muda yang lupa akan akar tradisinya sendiri.

Hal itu sepertinya tak berlaku bagi Untung Suprapto (62) dan keluarganya, Warga dusun Sambon, Desa Sumberdalem, Kecamatan Kertek ini telah bertahun-tahun menekuni profesi sebagai pembuat wayang kulit.”Saya mulai membuat wayang sejak tahun ’67,”ungkapnya.

Berasal dari keluarga seniman membuat Untung tetarik untuk mempelajari pembuatan wayang.”Awalnya saya hanya membantu orangtua memahat, namun lama kelamaan saya tertarik untuk mempelajari pembuatan wayang,”tutur Untung.

Hanya dibantu oleh buku berjudul “Pedoman Wayang Solo” terbitan tahun 1813-selebihnya dilakukan secara otodidak-, Untungpun mulai mencoba untuk membuat wayang. Untuk benar-benar menguasai teknik pembuatan wayang, Untung memerlukan waktu 12 tahun trial and error, sebab menurutnya tiap tokoh wayang memiliki kekhasan sendiri disamping harus menyesuaikan pakem masing-masing daerah seperti wayang Mataraman, Banyumasan, Kedu, dan Surakarta.

Dalam membuat wayang kulit diperlukan  ketelitian dan kesabaran yang ekstra karena dibutuhkan sedikitnya 10 kali proses dalam pembuatan 1 karakter wayang. Tak heran apabila dalam membuat 1 tokoh wayang saja dibutuhkan waktu 6-10 hari. Harga 1 tokoh wayangpun sangat bervariasi tergantung dari tingkat kesulitannya. Harga wayang kulit buatan Untung ini dibanderol antara 400 ribu hingga 1,5 juta rupiah.

Kini Untung tak sendiri, bersama dengan salah seorang anaknya, Djito Hermansyah (26), bapak 5 orang anak ini bahu membahu untuk membuat kerajinan wayang kulit. Pemesannya pun tak tanggung-tanggung, mulai dari orang awam, kolektor sampai dengan dalang kondang pernah memesan wayang kulit buatan Untung.

Tak hanya wayang, dirumah sekaligus bengkel seninya, berbagai kerajinan seperti patung, topeng, hiasan dinding,  lukisan serta berbagai perlengkapan penari bisa dibuat Untung. Kualitasnyapun tak kalah dengan hasil kerajinan dan pahatan dari daerah lain.

Pembuatan wayang kulit yang digeluti Untung dan keluarganya ini bukannya tak menemui kendala. Kendala permodalan dan juga semakin berkurangnya penggemar wayang kulit seringkali membuat usaha keluarga ini tersendat,”Jumlah pemesan kerajinan terutama wayang kulit, kami rasakan setiap tahun semakin berkurang,”ungkap pria asli Wonosobo ini.

Hal ini diperparah dengan tidak pernah dilakukannya promosi secara intensif, ”Promosi yang kami lakukan baru sebatas getok tular di kalangan perajin dan budayawan, bahkan kamipun belum pernah diikutkan dalam acara pameran maupun ekspo baik ditingkat lokal maupun luar daerah,”ungkap Untung.

“Kami berharap agar ada perhatian lebih bagi para perajin wayang kulit seperti kami agar nantinya budaya-budaya adiluhung seperti wayang kulit ini tidak hilang ditelan jaman,”pungkasnya.

Kegigihan Untung dan keluarganya yang tetap mempertahankan tradisi ditengah-tengah arus perubahan zaman yang semakin ganas ini patut diacungi jempol. Tak banyak yang bisa diperbuat memang, namun paling tidak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi masyarakat kita dapat terus terjaga.