22 April 2012

PENGAWASAN USULAN APBDes DIPERKETAT


SAPURAN - Pemerintah Kecamatan Sapuran memberlakukan pengetatan pengawasan terhadap penyusunan APBDes. Hal itu dilakukan untuk menghasilkan produk usulan APBDes yang tepat sasaran dan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Caranya, semua pemerintah desa diwajibkan memberikan paparan terkait usulan APBDes di hadapan tim verifikasi tingkat kecamatan. Paparan itu dilakukan di aula Kecamatan Sapuran, kemarin.

Camat Sapuran, Agus Fajar Wibowo mengatakan, dari hasil paparan itu masih terdapat beberapa usulan pembangunan desa yang kurang sesuai dengan ketentuan. Karena dalam paparan tersebut terdapat dialig, akhirnya kesalahan tersebut dapat segera dibahas untuk dibenahi sehingga ketika usulan itu masuk ke kabupaten sudah dalam keadaan baik. "Metode ini sengaja diterapkan agar kerja tim lebih efektif," katanya.

Dia menjelaskan, pengawasan APBDes terdiri dari tiga tahap yakni pra, sedang dan paska pencairan APBDes. Tahap itu baru tahap pra pengusulan APBdes untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan usulan. Untuk sementara, dari 16 kelurahan/desa yang ada di Sapuran, baru enam desa yang melaksanakan paparan tersebut sesuai dengan kesiapan desa. "Paparan tersebut ternyata membantu pihak desa untuk memahami sistem pengusulan APBDes. Harapannya metode ini akan terus dikembangkan tiap tahun," ujarnya.

Sementara itu, Kasi Pemerintahan Kecamatan Sapuran, Kuspriyanto mengatakan, dari paparan tersebut diketahui bahwa usulan pembangunan sarana fisik masih mendominasi. Usulan kedua yakni sektor pengembangan ekonomi, ketiga bidang kesehatan dan pemberdayaan sosial. 

Dia menyebutkan, sistem itu berimbas pada perbaikan kualiatas usulan dari pemerintah desa berdasarkan musyawarah bersama. Usulan APBDes itu paling lambat selesai pada awal Juni, untuk tahap pertama, dan awal Oktober untuk tahap kedua. Pada paparan tersebut melibatkan kepala desa, sekretaris desa dan bendahara. 

Metode ini, lanjut dia, terbilang baru. Pada tahun sebelumnya, tim verifikasi hanya memeriksa kelengkapan administrasi saja sehingga tingkat kualitas kontrolnya berkurang. Dengan metode sekarang tim lebih jelas melakukan seleksi karena pihak desa secara langsung menjelaskan usulan berikut landasan pemikirannya. "Dalam paparan itu terjadi dialog," ucapnya. (Rinto)

PERAJIN TUNGKU KAYU MASIH EKSIS


KALIKAJAR - Kebijakan konversi gas yang dilakukan pemerintah ternyata tidak menyurutkan semangat industri rumahan pembuat tungku kayu. Bahkan produksinya terus meningkat yang pemasarannya tersebar di lokal dan luar Wonosobo. Salah satunya di Dusun Campursari, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar. Di dusun tersebut saat ini masih terdapat sekitar enam perajin tungku kayu yang bahan bakunya dari pasir dan semen alias tungku cetak cor. Ke enam perajin itu yakni Slamet, Markodi, Sinyar, Maryoto, Sudar dan Sirus. Mereka menggeluti usaha pembuatan tungku kayu kurang lebih sudah sepuluh tahun. 

Dusun tersebut merupakan sentra perajin tungku kayu terbesar di Wonosobo yang produksinya mencapai 200 buah per perajin dalam jangka waktu sebulan. Produksi itu terbilang cukup besar, dimana dalam waktu satu bulan mereka bisa membuat sekitar 1.000 tungku kayu. Meskipun mereka menjalankan usaha secara mandiri, namun dalam segi pemasaran mereka sudah membuat kesepakatan dan sistem pasar sehingga mereka tidak saling bersaing melainkan saling mendukung. 

Dalam segi pemasaran mereka tidak mengalami kesulitan berarti, karena tungku buatan mereka selalu habis terjual di pasaran baik lokal maupun luar Wonosobo seperti di Temanggung, Magelang dan Purworejo. Untuk tungku berlubang satu biasa dijual seharga Rp 30.000 per buah, tungku berlubang 2 dijual antara Rp 50.000 sampai Rp 70.000 tergantung jenisnya. Sementara untuk tungku berlubang 3 biasa dijual seharga Rp 130.000 per buah. 
   
Berdasarkan penuturan perajin tungku, Slamet, usaha pembuatan tungku masih akan bertahan lama mengingat minat masyarakat dalam menggunakan kayu bakar masih sangat tinggi, terutama masyarakat desa. Sebagian besar masyarakat desa saat ini masih menggunakan kayu bakar untuk masak, karena potensi kayu yang masih sangat banyak. Sebagian masyarakat lagi hingga kini masih takut untuk menggunakan tabung gas.    

Tungku buatan warga Dusun Campursari itu memiliki kualitas yang cukup bagus dimana konstruksinya kuat karena terbuat dari cor semen dan pasir yang rangkanya terbuat dari besi. Selain itu, tungku buatan mereka irit kayu bakar karena api yang dihasilkan bisa fokus. Pangsa pasar mereka beragam mulai dari pelaku industri, warga dan pedagang. Dalam satu hulan rata-rata per perajin mampu menjual 100 - 150 tungku. "Dagangan laris biasanya saat memasuki Maulid Nabi dan Ramadhan," tutur Slamet. (Rinto)

"PETRO" RAYAKAN ULTAH KE-2


KECERIAAN tampak jelas terpancar di wajah puluhan anggota Perhimpunan Tuna Rungu Wonosobo (Pertro) saat menggelar perayaan hari jadi Pertro ke-2 di aula Dinas Sosial, Minggu (22/4). Mereka berkumpul untuk berbagi cerita dan bermain bersama. Uniknya, mulai dari panitia penyelenggara, peserta dan instruktur permainan merupakan penyandang cacat tuna rungu. 

Kendati demikian kegiatan itu berjalan lancar dan meriah menggunakan bahasa yang mereka pahami untuk berkomunikasi.  Para alumni Yayasan Karya Bhakti dan Dena Upakara Wonosobo itu bersemangat mengikuti kegiatan diantaranya bermain meniup balon dan menggambar dengan mata tertutup. 

Menurut Pembina Pertro, Bernadeta Tumirah, kegiatan itu untuk memupuk tali persaudaraan dan cinta kasih sesama penyandang cacat tuna rungu di Wonosobo.  Organisasi Pertro sendiri didirikan pada 22 April 2010 lalu untuk mewadahi para penyandang cacat sekaligus memotivasi mereka agar bisa tumbuh dan berkembang secara mandiri. Adapun kegiatan organisasi Pertro yakni pertemuan rutin setiap satu bulan sekali yang didampingi oleh Dinas Sosial Wonsobo.
Pertemuan itu membahas tentang program kerja layaknya organisasi pada umunya. Pertro juga memiliki struktur pengurus dan ketertiban administrasi seperti surat-menyurat dan membuat proposal kegiatan. “Secara keseluruhan kemampuan mereka cukup membanggakan,” katanya.

Pada kesempatan itu juga hadir penyandang cacat tuna rungu dari beberapa daerah seperti Magelang, Jakarta, Solo, Salatiga dan Banjarnegara. Mereka hadir untuk melihat secara langsung  keberadaan organisasi Pertro yang baru ada di Wonosobo sebagai wadah penyandang cacat tuna rungu di wilayah Jawa Tengah. 

Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos, Agus Kristiono menjelaskan, selama ini organisasi penyandang cacat di Wonosobo baru ada empat yakni Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI), Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), Ikatan Penyandang Cacat Tubuh Wonosobo (IPCTW) dan Perhimpunan Tuna Rungu Wonosobo (Pertro). “Pertro merupakan organisasi termuda di Wonosobo,” terangnya.
        
Meskipun mereka memiliki keterbatasan, namun ke- 35 anggota Pertro itu memiliki kemampuan yang mapan di bidangnya masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai guru, penjahit, pedagang dan perajin makanan. Secara ekonomi keberadaan mereka sudah bisa dibilang mandiri mengingat mayoritas dari mereka sudah memiliki pekerjaan tetap dan beberapa yang lain memiliki usaha mandiri. 

Karena terkendala pendengaran, untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat umum, mereka terbiasa mengamati gerak bibir sehingga mengerti maksud dengan ucapan yang disampaikan orang lain. Beberapa diantara mereka ada yang bisa mengucapkan kata dengan cukup jelas, tetapi untuk yang tidak bisa maka menggunakan bahasa isyarat tangan. Hambatan berkomunikasi tersebut ternyata tidak lantas membuat mereka kecil hati dan tidak bisa berkembang. “Semangat dan kerja keras mereka untuk maju dan berkembang sangat besar sehingga bisa menjadi inspirasi masyarakat luas,” kata Agus.( Rinto ) 

INGIN LULUS, PENDERITA KOMPLIKASI IKUTI UJIAN



SEMANGAT mengikuti ujian nasional terlihat dari wajah Bagus Triyono (18) siswa MAN Wonosobo. Meskipun wajah warga Dusun Wonokasian, Desa Sojokerto, Kecamatan Leksono itu sedikit pucat akibat mengalami sakit komplikasi yakni jantung dan gangguan perut, namun dia tetap bersemangat mengerjakan soal ujian. Pihak sekolah pun memberikan ruang khusus bagi Bagus yakni di ruang UKS untuk mengerjakan soal. Meski pun sakit, dia tetap mendapat pengawasan ketat dari panitia ujian.

Orang tua Bagus, Thoyibin (56) selalu setia mendampingi di luar ruang saat Bagus mengerjakan soal ujian. Ya, Bagus merupakan siswa MAN Wonosobo kelas XII yang sedang sakit komplikasi. Beberapa hari lalu Bagus baru keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan intensif. Meskipun sedang sakit Bagus bersikukuh ingin mengikuti ujian nasional. "Awalnya saya melarang Bagus untuk ikut ujian, namun dia memaksa untuk tetap ikut. Akhirnya saya ijinkan," kata Thoyibin, baru-baru ini.

Thoyibin selalu setia mendampingi putra ke tiganya agar bisa menyelesaikan soal dengan aman. Menurut dia, Bagus melakukan itu agar dapat lulus sekolah tahun ini. Selama kegiatan ujian nasional berlangsung yakni mulai 16-19 April dia akan selalu mendampingi Bagus ke sekolah. "Sebenarnya kesehatan Bagus belum membaik, tetapi karena semangatnya untuk lulus sangat besar akhirnya dia memaksakan diri untuk ikut ujian," paparnya.

Kendati sedang sakit, Bagus tetap melakukan kegiatan belajar di rumah dan di rumah sakit. Saat waktu senggang, Bagus selalu rajin membuka buku-buku pelajaran yang akan diujikan. Semangatnya untuk bisa lulus ternyata mampu mengalahkan rasa sakitnya. "Saya hanya ingin lulus dengan hasil baik dan akan mengikuti ujian sampai selesai," tutur Bagus Triyono seusai mengikuti ujian. (Rinto)

15 April 2012

MENILIK BUMDes KAPENCAR


KERTEK- Sejak dikeluarkannya Perda Kabupaten Wonosobo Badan Usaha Milik Desa 1 tahun yang lalu ternyata mendapatkan respon positif dari berbagai desa. Salah satunya desa Kapencar, Kecamatan. Bahkan rintisan BUMDes ini telah ada sejak tahun 2008 namun baru secara resmi menjadi BUMDes sejak tahun 2010.

“Embrio dari BUMDes ini ialah program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berasal dari Alokasi Dana Desa dan dalam perkembangannya  telah resmi menjadi BUMDes melalui Perdes Nomor 1 Tahun 2010,”ungkap Sekretaris Desa Kapencar, Hardi.

Tujuan didirkannya BUMDes ini tidak hanya untuk mencari keuntungan semata, namun lebih diutamakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama yang tergolong tidak mampu, disamping sebagai salah satu sumber pendapatan desa.

Jenis usaha yang dijalankan oleh BUMDes ini ialah simpan pinjam dan pengembangan ternak kambing yang dikhususkan bagi pedagang kecil dan warga kurang mampu.”Untuk simpan pinjam kami mematok nilai maksimal yaitu 100 ribu rupiah dengan jasa sebesar 10% selama satu tahun, sedangkan untuk ternak kambing kami lakukan dengan cara bergulir,”tutur pengurus BUMDes, Paijan(54).

“Teknis peminjamannyapun tidak sulit,cukup dengan fotocopy KTP saja, selanjutnya kami akan mensurvei kelayakan calon nasabah,”imbuh Paijan.

Perkembangan yang dicapai badan usaha milik desa ini patut diacungi jempol. Hanya dengan 7 orang pengurus dan modal awal sebesar 3,5 juta serta 8 ekor kambing, pada tahun 2011 ini sudah berkembang  menjadi 50 juta rupiah dan 52 ekor kambing. Disamping itu jumlah nasabah peminjam pun meningkat dari 14 orang menjadi 43 orang. Sedangkan kendala yang sering dihadapi ialah matinya ternak yang dipinjamkan kepada nasabah.

Pesatnya perkembangan badan usaha ini tak lepas dari peran aktif pemerintah desa. Salah satunya ialah di bidang permodalan,”untuk modal sementara masih ditopang sepenuhnya oleh ADD, namun kedepannya kami merencanakn untuk menghimpun dana masyarakat melalui tabungan,”tambah Paijan.

Keberadaan BUMDes di desa Kapencar ini dirasa sangat membantu bagi warga kurang mampu di Kapencar.”Nek ajeng ngampil teng Bank persyaratane kathah tur ruwet, nek teng mriki sekeco sing penting disiplin kalih jujur mawon ( kalau akan meminjam di Bank persyaratannya banyak dan berbelit-belit, kalau disini yang penting disiplin dan jujur),tutur Misri (43),salah seorang warga yang kini telah mempunyai 5 ekor kambing hasil dari pinjaman ternak bergulir.


Keberhasilan yang telah dicapai oleh BUMDes Kapencar ini tak serta merta membuat pengurus dan pemerintah desa berpuas hati. Mereka berharap adanya bantuan dari pemerintah kabupaten dalam bentuk asistensi dan pelatihan yang nantinya bisa memajukan badan usaha milik desa ini,”Ke depan kami berharap dengan adanya BUMDes ini, Kapencar akan menjadi desa yang mandiri,”pungkas Hardi.

12 April 2012

SAMBAR AVANZA, TRUK TERGULING

KERTEK - Sebuah truk box bernopol R 1780 GA terguling di Jl. Kertek-Parakan, tepatnya di depan kantor kecamatan kertek pada jumat pagi (13/4).Menurut saksi mata, Mis Andayani (30) truk melaju kencang dari arah kledung,"Truk dari atas sudah melaju kencang di jalur kanan, lalu menabrak pagar rumah dan terus melaju hingga menyeret toyota avanza milik pegawai kecamatan yang terpakir  di pinggir jalan lalu terguling setelah melaju sekitar 100 meter." 

Dalam kejadian tersebut tercatat 1 orang tewas bernama Samsudin (50) warga campursari, kertek dan 2 orang luka ringan atas nama Mutakim dan Naryono. Keduanya merupakan pegawai kecamatan kertek yang pada saat kejadian sedang melakukan kerja bakti di pinggir jalan. 

Kanit Lakalantas Polres Wonosobo, Iptu Dono Mulyono, ketika ditemui di TKP menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kemungkinan karena sopir mengantuk," Dimungkinkan sopir mengantuk dan tidak mengenal medan, karena berdasarkan penyelidikan awal rem truk masih berfungsi dengan baik sedangkan sopir truk sampai sekarang masih kami lacak keberadaannya karena disinyalir pengemudi langsung melarikan diri setelah kejadian." imbuh Dono


Kecelakaan ini mengakibatkan kemacetan yang cukup panjang di jalur Kertek-Parakan karena banyaknya warga yang berkerumun untuk menyaksikan bangkai truk naas ini. Disamping itu karena badan truk menutupi separoh lebih badan jalan,"kami masih menunggu mobil derek untuk memindahkan truk ini," pungkas Dono.


Jalur Kertek-Parakan memang jalur yang sangat rawan dan berkali-kali makan korban karena jalur ini didominasi oleh turunan yang panjang dan sering berkabut ketika sore hari. Pada triwulan terakhir saja tercatat sudah terjadi 3 kali kecelakaan yang memakan 3 korban tewas.