19 November 2012

RATUSAN KEPALA DESA GERUDUK PENDOPO


WONOSOBO (KRjogja.com) – Ratusan kepala desa (kades) dari berbagai kecamatan se-Kabupaten Wonosobo tergabung dalam Paguyuban Kepala Desa Kabupaten Wonosobo (PKKW) melakukan aksi demo dengan menggruduk Pendopo Kabupaten Wonosobo, Senin (19/11). Para kades menuntut adanya kendaraan dinas baru, karena sepeda motor dinas Honda Win dinilai sudah tidak layak untuk operasional kades.

Aksi sempat memanas ketika para kades memutuskan untuk mengembalikan ratusan sepeda motor dinas kepada Pemkab Wonosobo. Sebagian kades yang terlihat kecewa karena janji Bupati Wonosobo memberi kendaraan dinas baru tak kunjung terwujud, langsung melampiaskan kemarahannya dengan merusak kendaraan dinas. Usai dirusak, sepeda motor dinas yang usianya sudah di atas sepuluh tahun tersebut ditumpuk layaknya barang rongsokkan.
Aparat kepolisian yang berjaga ketat pun seperti tak ingin terpancing emosi atau lebih memberikan kesempatan para kades untuk meluapkan kekesalannya dengan melakukan perusakan sepeda motor dinas. Beruntung beberapa Camat yang datang menghampiri para kades akhirnya bisa sedikit melerai emosi para kades, sehingga aksi perusakan sepeda motor dinas lebih jauh
bisa dicegah. (Art)

07 September 2012

HANYA MENGANDALKAN INDERA PERABA

Slamet sedang mengerjakan kerajinan besi

SAAT matahari mulai menyingsing, kesibukan warga Kelurahan Jlamprang, Wonosobo sudah mulai tampak. Dari suara benturan besi yang terdengar di sentra perajin teralis itu sebagai pertanda bahwa semangat hidup warga sekitar telah dimulai. Dari membuat kerajinan itulah mereka menambatkan harapan untuk menyukupi kebutuhan hidup keluarga yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Begitu pun di sebuah rumah kecil di ujung kelurahan tersebut, sudah terlihat kesibukan kecil. Ya, di rumah sederhana itu, Slemet Riyanto (60) sibuk membuat kerajinan pande besi. Namun apa yang dilakukan bapak tiga anak itu lain dari kebanyakan orang. Ada sesuatu yang istimewa yang jarang dimiliki orang, yakni tentang semangat perjuangan hidup dibawah keterbatasan yang ia miliki. Slamet adalah seorang perajin pande besi yang memiliki keterbatasan indera penglihat. Kedua matanya buta total sejak dua puluh tiga tahun silam akibat kecelakaan. Namun, memiliki keterbatasan indera penglihatan tidak membuat Slemet Riyanto putus harapan untuk bisa menjalani hidup sebagaimana mestinya. Meski kedua matanya buta total, warga Kampung Jlamprang, Kelurahan Jlamprang, Wonosobo ini terus bersemangat untuk berkarya demi membesarkan dan menyekolahkan buah hatinya. 

Dia rela bergelut dengan api dan bara besi untuk membuat kerajinan pande besi. Sebuah pekerjaan yang tentu susah untuk dilakukan dengan keterbatasan pada indera penglihat. Saat Suara Merdeka berkunjung ke rumahnya, dia menuturkan, bahwa hidup harus terus berjalan meskipun dengan segala keterbatasan. “Tuhan itu Maha Pemurah, asal kita mau berusaha dan bekerja keras,” tuturnya. Sulit dibayangkan memang, seorang yang memiliki keterbatsan indera penglihat setiap hari harus bergelut dengan api. Tetapi faktanya, Slamet mampu menjalani pekerjaannya dengan baik dan nyaris tak pernah terjadi kecelakaan. Kedua tangannya utuh dan ada bekas luka bakar akibat terbakar bara api besi saat membuat cangkul. Setiap hari dia membuat aneka peralatan pertanian diantaranya cangkul kecil, ponjo, ceker atau garpu. Sesekali dia juga membuat alat dapur seperti serop dan susuk. 
Dalam membuat kerajinan itu dia hanya mengandalkan indera peraba dan batu cetakan. Bongkahan batu itu sengaja dibuat lubang sedemikian rupa sehingga memudahkan Slamet untuk membuat alat-alat pertanian. Istri dan buah hatinya selalu setia menemani dan membuantu pekerjaan Slamet. "Biasanya, sepulang sekolah anak-anak membantu pekerjaan saya," ujarnya. 

Hasil kerajinan Slamet pun tak kalah kualitasnya dengan buatan orang normal. Karena itu para pedagang pun berdatangan untuk memesan buah karyanya. Selain itu, peralatan pertanian itu biasa Slamet jual di berbagai wilayah seperti Wonosobo, Magelang, Parakan, Temanggung dan Banjarnegara. “Kalau pasar biasanya saya naik bus sendiri atau diantar anak,” papar dia. Dari hasil membuat dan menjual kerajinan itulah suami dari Rumiyah (45) itu bisa menyukupi kebutuhan keluarga. “Meskipun buta, saya tetap ingin menjadi bapak yang bertanggung jawab, yakni dengan memberikan nafkah untuk keluarga. Saya ingin anak-anak saya bisa sekolah sehingga kelak bisa memperbaiki nasib keluarga,” tuturnya terbata. Rinto

25 MATA AIR PDAM TERUS MENYUSUT

Petugas PDAM mengecek debit mata air yang terus menyusut kemarin

WONOSOBO - Akibat kemarau panjang, debit air di 25 sumber mata air milik PDAM Wonosobo saat ini turun rata-rata mencapai 60 persen. Penurunan itu berimbas pada tersendatnya pelayanan penyediaan air bersih untuk masyarakat. Menanggapai masalah tersebut, Humas PDAM Wonosobo, Muhammad Khoirul Hasan mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan air PDAM secara bijak yakni dengan mengutamakan kebutuhan primer seperti keperluan mandi, mencuci dan konsumsi. Masyarakat juga diimbau untuk menghemat penggunaan air, terutama saat musim kemarau, untuk memberikan kesempatan pemakaian air bagi pelanggan lain. “Tampunglah air PDAM saat mengalir dengan menggunakan bak penampungan seperti bak, drum, gentong,” katanya. 

Hal itu dilakukan, lanjut dia, untuk mengantisipasi saat air PDAM tidak mengalir, maka pelanggan telah memiliki cadangan air. Sebenarnya, kebijakan kebijakan sebelumnya menegaskan bahwa setiap pelanggan  PDAM harus memiliki penampung sebelum menjadi pelanggan PDAM. Tetapi seiring berjalannya program percepatan pemasangan baru PDAM, kebijakan itu susah untuk diterapkan mengingat kemampuan masing-masing pelanggan berbeda-beda.   

Dia memaparkan, jika masyarakat mengetahui adanya kebocoran pipa diharapkan untuk segera melapor ke kantor PDAM terdekat untuk segera diatasi. Saat ini debit air di semua mata air turun 60 persen. Namun demikian pihaknya belum memberlakukan sistem bergilir mengingat suplai air dinilai masih cukup. Hanya saja untuk wilayah yang berada di kawasan tinggi akan mengalami ketersendatan. Terkait di wilayah Kota Wonosobo dia menjelaskan, jumlah pengguna di wilayah kota sangat banyak. Jika semua pelanggan menggunakan air secara bersamaan maka akan ada wilayah yang tidak kebagian air. Untuk memenuhi kebutuhan air di kota PDAM memanfaatkan mata air Mudal, Kecamatan Mojotengah, mata air Kalikuning, mata air Mlandi, dan Tuk Sewu yang berada di wilayah Kecamatan Garung. “Semua mata air itu debitnya turun,” paparnya.

Penggunaan air di wilayah Kota Wonosobo per rumah mencapai 21 kubik per bulan. Sementara di wilayah desa mencapai 16 kubik per bulan per rumah. Dengan demikian penggunaaan ar rata-rata per rumah per bulan sebesar 18 kubik. Saat ini, terang dia, debit mata air yang masih cukup besar   adalah mata air Mangli yang dimanfaatkan untuk wilayah Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kaliwiro dan Kecamatan Wadaslintang. Mata air Mangli memiliki kapasitas debit air mencapai 1.200 liter per detik, sementara yang baru digunakan yakni hanya 150 liter per detik. (Rinto)

02 September 2012

DIBALIK TANGGAL 24 JULI


TANGGAL 24 Juli menjadi hari yang istimewa bagi seluruh masyarakat Wonosobo Bagaimana tidak, pada tanggal tersebut Wonosobo yang biasanya sepi akan semarak dan meriah oleh berbagai macam even dan lomba yang digelar. Pesta Rakyat, Kirab Hari Jadi, Lomba foto, ekspo serta berbagi even lainnya ikut menyemarakkan datangnya tanggal ini. Bahkan pada hari jadi Kabupaten Wonosobo yang ke 187 tahun ini Bang Haji Rhoma Irama dan Soneta groupnya tak ketinggalan ikut memeriahkan acara.

Perayaan Hari Jadi Wonosobo selalu didentikkan dengan segala kemeriahan dan hingar bingar yang tumplek blek  pada seputaran tanggal 24 Juli. Namun tak banyak yang tahu torehan peristiwa dibalik tanggal tersebut.

Konon, lahirnya Wonosobo dimulai dari peristiwa pertempuran di daerah Logorok pada sekitar bulan Juli tahun 1825. Dalam pertempuran tersebut dikisahkan seorang pengikut Pangeran Diponegoro bernama Ki Muhammad Ngarpah beserta pasukannya berhasil menewaskan ratusan tentara kompeni Belanda termasuk 40 orang serdadu elite dari Eropa. Selain itu pasukan Ki Muhammad Ngarpah berhasil merampas “Emas Lantakan” senilai 28.000 gulden pada saat itu. atas keberhasilannya, ki Muhammad Ngarpah mendapat gelar Tumenggung Setjonegoro dan diberi daerah kekuasaan di wilayah Ledok. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro inilah yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke kawasan kota Wonosobo sekarang ini.

Sebelum tahun 1992, cerita epik sejarah Wonosobo hanya diceritakan dari mulut ke mulut saja karena masih belum adanya penelitian valid mengenai cerita ini. Baru setelah adanya penelitian dari fakultas Sejarah dan Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun tersebut, kisah sejarah inipun bisa terdokumentasi dengan baik. Hasil penelitian ini pulalah yang banyak menjadi rujukan buku-buku mengenai sejarah Kabupaten Wonosobo seperti Mengenal Sejarah Wonosobo dan Dieng Poros Dunia.

Tak berhenti disitu, hasil penelitian yang dilakukan oleh UGM inipun selanjutnya dirembug dan diseminarkan dihadapan para sesepuh, pinisepuh, tokoh masyarakat dan juga budayawan yang dilakukan pada tanggal 24 April 1994 di Pendopo Bupati Wonosoo.”Pada saat itu hadir Muspida, para sesepuh, tokoh masyarakat budayawan, dan juga peneliti dari UGM.”Tutur KH Chabibullah Idris, salah satu tokoh yang ikut membidani lahirnya tanggal “24 Juli”.

“Pada saat itu muncul 3 pilihan tanggal hari jadi yaitu tanggal 18 Dsember 1830 yang bertepatan dengan awal keteraturan wilayah Ledok sebagai bagian daerah gubernemen, tanggal 1 Agustus 1901 yang bertepatan dengan peristiwa bergagungnya Kabupaten Wonosobo kedalam wiayah Karesidenan Kedu untuk kedua kalinya serta tanggal 24 Juli yang yang bertepatan dengan peristiwa pertempuran di Logorok,”Imbuhnya.

Hasil rembugan tersebut akhirnya menyepakati tanggal 24 Juli 1825 sebagai hari lahirnya Kabupaten Wonosobo yang kemudian dikuatkan dalam sidang Pleno DPRD II Wonosobo pada tanggal 11 Juli 1994 melalui Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1994 dan wajib diperingati setiap tahunnya.

Pada awalnya peringatan hari jadi Wonosobo tak semeriah sekarang, hanya diperingati di lingkungan Pemerintah Kabupaten saja. Namun seiring dengan waktu, ultah  Wonosobo selalu diperingati dengan meriah dan gegap gempita.

Peringatan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo ini diharapkan dapat menjadi salah satu atraksi wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Wonosobo, disamping itu juga sebagai sarana untuk melestarikan budaya lokal dikalangan generasi muda,”tutur kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Azis Wijaya.

Kemeriahan dan hiruk pikuk hari jadi Wonosobo yang setiap tahun menyapa masyarakat Wonosobo telah menjadi sebuah kebanggan tersendiri dihati masyarakat Wonosobo karena dapat dipastikan ribuan orang akan terlibat ataupun melibatkan diri di dalamnya sehingga diharapkan kekayaan khasanah budaya Wonosobo ini tidak akan lekang oleh terpaan waktu dan terus hidup dihati setiap warga kota dingin ini.

23 Agustus 2012

KECAMATAN KERTEK LAYANI 2.350 PEMUDIK

KERTEK- Sejak dibuka pada hari Rabu (22/8) atau H+3 Idul Fitri, loket pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik ( E-KTP) di Kecamatan Kertek telah melayani sebanyak 2.350 orang. Demikian diungkapkan oleh pendamping teknis E-KTP kecamatan kertek, Yopie Widianto."Jumlah tersebut kemungkinan akan terus bertambah",imbuhnya.

Loket pelayanan masyarakat di Kecamatan Kertek memang telah mulai dibuka sejak H+3 lebaran dikhususkan untuk para pemudik yang membutuhkan dokumen serta surat-surat penting. "Untuk pelayanan yang berhubungan langsung dengan masyarakat kami buka mulai H+3 meliputi pelayanan legalisasi,  KTP/ KK reguler serta E-KTP ,"tutur Camat Kertek, Prayitno. " Khusus untuk E-KTP kami menargetkan seluruh perantau yang bekerja diluar kota maupun luar negeri dapat terlayani ", tambahnya.
"Dengan adanya pelayanan semacam ini diharapkan setiap warga yang bekerja di luar daerah dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang sah sehingga dapat termonitor dengan baik,"imbuhnya pula.

Menurut data yang dipunyai kantor kecamatan kertek, tercatat sebanyak 5.018 warga kertek menjadi perantau, baik di luar kota maupun luar negeri. Jumlah tersebut kemungkinan bertambah karena banyak dari para perantau tersebut yang tidak melaporkan diri.

Yanti(20) salah seorang warga mengaku sangat terbantu dengan dibukanya loket pelayanan lebih awal,"Saya merasa terbantu dengan dibukanya pelayanan lebih awal karena minggu depan sudah harus kembali bekerja di Jakarta." 

Hal senada juga diungkapkan oleh Herman (30), pria yang bekerja di pabrik elektronik di Malaysia ini mengaku sangat puas dengan pelayanan di Kecamatan Kertek,"Pelayanan disini cepat dan tidak berbelit-belit."

"Kami masih terus membuka pelayanan khusus bagi pemudik dari luar kota , dan untuk pelayanan E-KTP bagi pemudik kami beri dispensasi tanpa membawa undangan, cukup menunjukkan Kartu Keluarga maupun KTP yang masih berlaku," pungkas Prayitno.


24 Juli 2012

280 WONG KERTEK MERIAHKAN KIRAB HARI JADI WONOSOBO KE-187

KERTEK - Sebanyak 280 orang yang terdiri dari perangkat desa dan kelurahan se-Kecamatan Kertek ambil bagian dalam peringatan Hari Jadi Wonosobo ke 187, hari Rabu (24/7). Dengan dipunggawani oleh Camat Kertek,Prayitno, "pasukan kertek"  ini mengular memenuhi jalan mulai dari halaman Masjid Jami' Wonosobo hingga jalan merdeka. 

Antusiasme warga kertek ini sangat terlihat terutama dari seragam yang dikenakan yaitu surjan lurik. " Ini merupakan bentuk kekompakan masyarakat kami dalam menyambut peringatan hari jadi Kabupaten Wonosobo ini,"tutur Prayitno.

Kecamatan Kertek memang sangat terkenal dengan kekompakannya terutama pada saat even-even seperti peringatan hari jadi ini. Tercatat dalam kurun waktu,  dua tahun terakhir kecamatan kertek memegang rekor peserta kirab terbanyak dengan jumlah peserta hingga 2000 orang."Tahun ini sengaja kami buat dengan lebih sederhana karena bertepatan dengan bulan puasa", imbuh Prayitno.

Peringatan hari jadi Kabupaten Wonosobo ke-187 tahun ini memang dikemas agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena jatuh pada saat bulan ramadhan. Apabila pada tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan secara lengkap, namun pada tahun ini hanya diadakan prosesi birat sengkala di alun-alun Wonosobo. "Peringatan pada tahun ini memang sengaja kami buat berbeda dan lebih sederhana namun tanpa menghilangkan makna dari Hari Jadi Kabupaten Wonosobo itu sendiri,"tutur Bambang, salah seorang panitia.

Acara yang berlangsung singkat ini juga dimeriahkan dengan tari angguk dan tari kreasi baru berjudul Wonosobo Asri yang diusung oleh siswa-siswa SD dan SMP.

06 Juni 2012

MOBIL DIJUAL

JUAL SANTAI

Suzuki Futura real van 1.3 tahun '94, body full kaleng, velg racing, sangat terawat

peminat serius hub :08122992706 (SMS/call)

31 Mei 2012

KESEMPATAN MAJU DAN BERKARIR BERSAMA BMT MARHAMAH


Inilah saat dan tempat yang tepat
Untuk membangun prestasi dan berkarir
Dengan pendapatan dan insentif yang kompetitif

Berpengalaman lebih dari 17 tahun serta didukung manajemen yang profesional, tata amanah , independen, mandiri, profesional dan kekeluargaan

Oleh karena itu pada tahun 2012 ini BMT Marhamah membuka kesempatan kepada anda yang menyukai tantangan untuk maju dan mengembangkan karir bersama kami




LOWONGAN DAN KUALIFIKASI:
  • Job Marketing, Laki-laki Pendidikan D3 / S1
  • Job Administrasi Pembukuan, Wanita Pendidikan SMK Akuntansi
  • Job Teller, Wanita Pendidikan minimal SMK Akuntansi
KULIFIKASI KHUSUS :
  • Nilai minimal SMK : 7,0 dan IP minimal D3/ S1 : 2,7
  • Usia maksimal 28 tahun dan diutamakan memiliki sepeda motor
  • Jujur, amanah dan berperilaku Islami
  • Memiliki motivasi tinggi dan terbiasa bekerja dengan target
  • Memiliki inovasi, kreatifitas tinggi serta memiliki daya berfikir dan analisa yang kuat
  • Sanggup dan bersedia menyertorkan Modal Penyertaan Sejumlah Rp 15.000.000,00
PERSYARATAN PENDAFTARAN :
  • Surat Lamaran Kerja
  • Daftar Riwayat Hidup
  • Fotocopy Ijazah dan transkrip nilai terakhir
  • Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Polres/ Polsek setempat
  • Kartu AK-1 Depnakertrans
  • Fotocopy KTP
  • Fotocopy Akta Kelahiran
  • Pas Foto terbaru ukuran 3x4 2 lembar
Kirimkan Lamaran anda ke Divisi SDM BMT Marhamah JL.Tumenggung Jogonegoro KM o,5 Wonosobo paling lambat tanggal 15 Agustus 2012 atau datang langsung pada Job Fair Disnakertrans tanggal 3 Juli 2012.

20 Mei 2012

RUSAK BERAT, "JALAN ASPIRASI" DIBONGKAR WARGA


WONOSOBO - Ratusan warga Desa Kapencar, Kecamatan Kertek membongkar jalan desa rabat beton yang dibangun menggunakan dana aspirasi DPRD Wonosobo tahun 2011, Jumat (18/5). Pembongkaran itu dilakukan karena  jalan tersebut sudah rusak parah dan sering terjadi kecelakaan. Jalan desa sepanjang 500 meter lebih yang dibangun pada November 2011 itu sudah mengalami kerusakan sejak satu bulan setelah proses pembangunan selesai.  

Kepala  Dusun Kapencar, Desa Kapencar, Sumarsono mengatakan, jalan yang dibongkar itu sepanjang 20 meter. Rencananya jalan lain yang sudah rusak juga akan dibongkar secara bertahap. Sepanjang 480 meter yang dibangun menggunakan dana aspirasi itu  kondisinya juga rusak parah. Padahal jalan itu dibangun bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dia menjelaskan, sebelumnya pihaknya sudah melaporkan kondisi itu kepada Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Waktu itu Pemkab berjanji akan segera memperbaiki kerusakan jalan itu, namun setelah ditunggu lama pembangunan itu tak kunjung direalisasi. Akhirnya warga berinisisatif untuk membongkar jalan tersebut.  Pembongkaran jalan itu dilakukan setelah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Kapencar.

Pihaknya sudah membuat berita acara terkait pembongkaran jalan tersebut. "Pembongkaran itu merupakan keinginan warga," katanya.  Kades Kapencar, Dwi Retnoningsih mengatakan, pembangunan jalan itu tidak melibatkan masyarakat dan pihak Pemerintah Desa Kapencar. Proyek itu dilakukan oleh pihak ke tiga dengan kualitas bangunan jelek. Baru satu bulan dibangun, jalan itu sudah mengelupas. Banyak batu yang lepas dari bangunan menyerupai sungai kering. Akibatnya, di jalan tersebut sering terjadi kecelakaan.  "Kualitas jalan sangat jelek," paparnya. Dalam waktu dekat pihaknya akan melaporkan hal itu kepada Pemda untuk dapat ditindaklanjuti. Setelah membongkar jalan, warga kemudian membenahi jalan menjadi jalan rolakan menggunakan sisa batu jalan sebelumnya. 

Dijelaskan, program pembangunan seharusnya bisa membantu masyarakat dan bukan membebani masyarakat. Jika kondisi jalan di Desa Kapencar tidak diperbaiki maka warga mengancam akan menolak alokasi dana aspirasi. "Program itu tidak sesuai dengan bestek yang ada," ungkapnya. Jika Pemkab akan memperbaiki, imbuh dia, warga berharap untuk dilibatkan secara langsung dalam proyek itu sehingga bisa mengontrol jalannya pembangunan. Rinto Hariyadi

WWW.SUMBERDALEM.COM PORTAL DUNIA MAYA DESA SUMBERDALEM


KERTEK - Pemanfaatan Teknologi informasi (IT) seakan-akan menjadi kebutuhan pokok dewasa ini. Mulai dari anak-anak usia sekolah dasar sampai dengan ibu-ibu rumah tanggapun telah mengenal teknologi ini. Media sosial seperti facebook dan twitterpun laris manis bak kacang goreng. Namun ironisnya pemanfaatan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat ini masih sebatas sebagai sarana hiburan, shopping, ataupun sebagai sarana curhat belaka. Padahal dibalik semua itu, teknologi informasi mempunyai manfaat yang sangat besar di bidang yang lain.

Desa Sumberdalem dengan jumlah pengguna internet yang terbilang besar, yaitu hampir setengah dari jumlah penduduknya,  telah mencoba untuk memanfaatkan IT dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Mulai dari yang sederhana seperti administrasi surat menyurat, kependudukan, database profil desa, kearsipan sampai dengan pemanfaatan internet sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Bahkan sejak awal tahun 2011 desa ini telah mempunyai website sendiri. ”Website ini berawal dari blog sumberdalem yang kami buat pada tahun 2010 sebagai media informasi bagi masyarakat,” tutur Sunar (38), admin website Desa Sumberdalem.

Situs Desa Sumberdalem ini dapat diakses melalui alamat www.sumberdalem.com dan berisikan informasi-informasi penting seputar desa sumberdalem.”Website ini memuat berbagai informasi seputar pemerintahan, pertanian, serta potensi-potensi yang terdapat di sumberdalem,”imbuh Sunar.

Pemerintah desa sumberdalem sendiri merasa sangat terbantu dengan pemanfaatan teknologi informasi ini,”Dengan penggunaan IT di bidang pemerintahan sedikit banyak dapat meringankan beban tugas pamong desa, baik di bidang administrasi maupun di bidang kemasyarakatan,”ungkap Rohmat, kepala desa sumberdalem.

“Dan kami bangga karena sepengetahuan kami baru desa sumberdalem yang mempunyai website,terutama di wilayah Kecamatan Kertek,”imbuhnya.

Memang tak bisa dipungkiri penggunaan teknologi informasi khususnya bagi instansi pemerintah masih sangat minim. Hal itu ditambah dengan jaringan internet yang belum menyentuh sampai ke pedesaan. “Sementara ini kami masih menggunakan modem pribadi untuk mengakses internet karena memang di sumberdalem ini belum terdapat jaringan internet,”aku Sunar.

Keberadaan website sumberdalem ini dinilai positif oleh masyarakat desa karena disamping sebagai sumber informasi, situs ini juga menyediakan ruang publik bagi warga yang mempunyai uneg-uneg, pertanyaan, kritik dan saran bagi pemerintah desa.”Kami sangat menyambut baik adanya website ini karena kami dapat mengakses segala informasi mengenai desa kami dengan cepat dan transparan,”tutur Rofik (26) salah seorang warga. 

14 Mei 2012

IKON UNGGULAN YANG HAUS SENTUHAN


SAPURAN – Kabupaten Wonosobo menyimpan banyak potensi terpendam yang masih harus digali. Salah satunya ialah kerajinan anyaman bambu dari Desa Rimpak, Kecamatan Sapuran. Dari 1.375 KK yang menghuni desa yang terletak sekitar 20 km dari pusat kota Sapuran ini, 700 KK diantaranya merupakan perajin anyaman bambu.

Tidak jelas awal mula kerajinan anyaman di desa ini, Namun menurut Kepala Desa Rimpak, Zaeni (44), keterampilan membuat anyaman bambu yang dipunyai oleh warganya ini merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang warga Rimpak,” Saya sendiri tidak tahu pasti, karena kerajinan ini sudah ada sejak jaman dahulu.”

Tidak mengherankan apabila di wilayah desa ini banyak ditemukan rumpun bambu dari berbagai jenis.

Hasil kerajinan anyaman bambu disini sangat beragam, mulai dari keperluan rumah tangga seperti cething, besek, dan tampah hingga asesoris-asesoris cantik seperti tas, vas bunga dan tempat kosmetik, dapat dibuat oleh warga Rimpak. Usia perajin di desa inipun sangat bergam, mulai dari simbah-simbah sampai dengan anak usia sekolah. Sang Kepala desapun tak mau ketinggalan untuk menjadi salah seorang perajin.

Proses pembuatan anyaman ini memang tak mudah. Sangat dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dari pembuatnya. “ Dalam satu minggu, rata-rata kami dapat menghasilkan 1000 buah kerajinan rumah tangga sederhana, namun untuk kerajinan seperti asesoris produksinya masih sangat terbatas karena jumlah perajin yang masih sedikit dan juga prosesnya yang rumit,”imbuh pria yang pernah mengenyam pelatihan seni anyaman bambu di Tasikmalaya dan Yogyakarta ini.

Dalam membuat 1 jenis asesoris seperti tas dibutuhkan paling tidak 10 kali proses mulai dari pemilihan bahan baku, penganyaman, perendaman sampai dengan pewarnaan dan finishing. Harga kerajinan inipun bervariasi, mulai dari 2 ribu sampai 200 ribu.

Untuk mengatasi keterbatasan produksi, khususnya asesoris dan hiasan, di desa ini telah dibentuk kelompok perajin yang beranggotakan 25 orang yang dikoordinir oleh organisasi Fatayat-Muslimat setempat. Disamping pelatihan secara mandiri, kelompok ini juga telah mendapatkan bantuan berupa permodalan, peralatan dan pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo.

Pihak desa juga sedang merintis kerjasama dengan sekolah setempat untuk memasukan anyaman sebagai salah satu muatan lokal bagi siswa.”Selain sebagai komoditas komersial, kami juga berharap agar anyaman ini dapat dipakai sebagai sarana edukasi sehingga nantinya kerajinan anyaman ini dapat terus hidup dan berkembang,”tambahnya pula.

Mahasin (35), salah seorang perajin mengaku senang dengan adanya perhatian dari pemerintah,”Kami merasa sangat terbantu dengan adanya perhatian dari pemerintah terutama dengan adanya pelatihan, kami juga berharap agar pelatihan-pelatihan kerajinan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar kami dapat terus berinovasi.”

Kualitas produk yang dihasilkan tak kalah dengan produk-produk serupa dari daerah lain. Tak heran  apabila anyaman bambu dari Rimpak ini sering didapuk untuk mengikuti pameran di luar daerah dan menjadi salah satu ikon kerajinan dari Kabupaten Wonosobo.

Keberhasilan yang dicapai ini tak serta merta membuat warga desa ini puas. Hal ini disebabkan karena masih ada hambatan yang mengganjal. Hambatan utama yang dihadapi adalah minimnya jumlah perajin dan juga kesulitan pemasaran,”Sementara ini pemasaran produk asesoris kami hanya berdasarkan pesanan saja, promosinyapun hanya sebatas melalui pameran dan getok tular, selain itu karena minimnya jumlah perajin,  membuat kami belum berani untuk menerima order dalam jumlah besar, “tutur Zaeni.


“Kami masih sangat mengharapkan bantuan dari berbagai pihak terutama di untuk promosi dan pemasaran karena kami berharap kerajinan anyaman bambu ini dapat dikenal oleh masyarakat luas dan tidak hanya sebagai ikon saja namun juga untuk meningkatkan taraf hidup warga ,”pungkasnya.

07 Mei 2012

KERAJINAN WAYANG KULIT, MENCOBA BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN ZAMAN


KERTEK - Arus globalisasi dan digitalisasi yang semakin deras dewasa ini membuat nilai-nilai tradisi semakin terpinggirkan. Tak mengherankan apabila semakin banyak generasi muda yang lupa akan akar tradisinya sendiri.

Hal itu sepertinya tak berlaku bagi Untung Suprapto (62) dan keluarganya, Warga dusun Sambon, Desa Sumberdalem, Kecamatan Kertek ini telah bertahun-tahun menekuni profesi sebagai pembuat wayang kulit.”Saya mulai membuat wayang sejak tahun ’67,”ungkapnya.

Berasal dari keluarga seniman membuat Untung tetarik untuk mempelajari pembuatan wayang.”Awalnya saya hanya membantu orangtua memahat, namun lama kelamaan saya tertarik untuk mempelajari pembuatan wayang,”tutur Untung.

Hanya dibantu oleh buku berjudul “Pedoman Wayang Solo” terbitan tahun 1813-selebihnya dilakukan secara otodidak-, Untungpun mulai mencoba untuk membuat wayang. Untuk benar-benar menguasai teknik pembuatan wayang, Untung memerlukan waktu 12 tahun trial and error, sebab menurutnya tiap tokoh wayang memiliki kekhasan sendiri disamping harus menyesuaikan pakem masing-masing daerah seperti wayang Mataraman, Banyumasan, Kedu, dan Surakarta.

Dalam membuat wayang kulit diperlukan  ketelitian dan kesabaran yang ekstra karena dibutuhkan sedikitnya 10 kali proses dalam pembuatan 1 karakter wayang. Tak heran apabila dalam membuat 1 tokoh wayang saja dibutuhkan waktu 6-10 hari. Harga 1 tokoh wayangpun sangat bervariasi tergantung dari tingkat kesulitannya. Harga wayang kulit buatan Untung ini dibanderol antara 400 ribu hingga 1,5 juta rupiah.

Kini Untung tak sendiri, bersama dengan salah seorang anaknya, Djito Hermansyah (26), bapak 5 orang anak ini bahu membahu untuk membuat kerajinan wayang kulit. Pemesannya pun tak tanggung-tanggung, mulai dari orang awam, kolektor sampai dengan dalang kondang pernah memesan wayang kulit buatan Untung.

Tak hanya wayang, dirumah sekaligus bengkel seninya, berbagai kerajinan seperti patung, topeng, hiasan dinding,  lukisan serta berbagai perlengkapan penari bisa dibuat Untung. Kualitasnyapun tak kalah dengan hasil kerajinan dan pahatan dari daerah lain.

Pembuatan wayang kulit yang digeluti Untung dan keluarganya ini bukannya tak menemui kendala. Kendala permodalan dan juga semakin berkurangnya penggemar wayang kulit seringkali membuat usaha keluarga ini tersendat,”Jumlah pemesan kerajinan terutama wayang kulit, kami rasakan setiap tahun semakin berkurang,”ungkap pria asli Wonosobo ini.

Hal ini diperparah dengan tidak pernah dilakukannya promosi secara intensif, ”Promosi yang kami lakukan baru sebatas getok tular di kalangan perajin dan budayawan, bahkan kamipun belum pernah diikutkan dalam acara pameran maupun ekspo baik ditingkat lokal maupun luar daerah,”ungkap Untung.

“Kami berharap agar ada perhatian lebih bagi para perajin wayang kulit seperti kami agar nantinya budaya-budaya adiluhung seperti wayang kulit ini tidak hilang ditelan jaman,”pungkasnya.

Kegigihan Untung dan keluarganya yang tetap mempertahankan tradisi ditengah-tengah arus perubahan zaman yang semakin ganas ini patut diacungi jempol. Tak banyak yang bisa diperbuat memang, namun paling tidak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi masyarakat kita dapat terus terjaga.

22 April 2012

PENGAWASAN USULAN APBDes DIPERKETAT


SAPURAN - Pemerintah Kecamatan Sapuran memberlakukan pengetatan pengawasan terhadap penyusunan APBDes. Hal itu dilakukan untuk menghasilkan produk usulan APBDes yang tepat sasaran dan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Caranya, semua pemerintah desa diwajibkan memberikan paparan terkait usulan APBDes di hadapan tim verifikasi tingkat kecamatan. Paparan itu dilakukan di aula Kecamatan Sapuran, kemarin.

Camat Sapuran, Agus Fajar Wibowo mengatakan, dari hasil paparan itu masih terdapat beberapa usulan pembangunan desa yang kurang sesuai dengan ketentuan. Karena dalam paparan tersebut terdapat dialig, akhirnya kesalahan tersebut dapat segera dibahas untuk dibenahi sehingga ketika usulan itu masuk ke kabupaten sudah dalam keadaan baik. "Metode ini sengaja diterapkan agar kerja tim lebih efektif," katanya.

Dia menjelaskan, pengawasan APBDes terdiri dari tiga tahap yakni pra, sedang dan paska pencairan APBDes. Tahap itu baru tahap pra pengusulan APBdes untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan usulan. Untuk sementara, dari 16 kelurahan/desa yang ada di Sapuran, baru enam desa yang melaksanakan paparan tersebut sesuai dengan kesiapan desa. "Paparan tersebut ternyata membantu pihak desa untuk memahami sistem pengusulan APBDes. Harapannya metode ini akan terus dikembangkan tiap tahun," ujarnya.

Sementara itu, Kasi Pemerintahan Kecamatan Sapuran, Kuspriyanto mengatakan, dari paparan tersebut diketahui bahwa usulan pembangunan sarana fisik masih mendominasi. Usulan kedua yakni sektor pengembangan ekonomi, ketiga bidang kesehatan dan pemberdayaan sosial. 

Dia menyebutkan, sistem itu berimbas pada perbaikan kualiatas usulan dari pemerintah desa berdasarkan musyawarah bersama. Usulan APBDes itu paling lambat selesai pada awal Juni, untuk tahap pertama, dan awal Oktober untuk tahap kedua. Pada paparan tersebut melibatkan kepala desa, sekretaris desa dan bendahara. 

Metode ini, lanjut dia, terbilang baru. Pada tahun sebelumnya, tim verifikasi hanya memeriksa kelengkapan administrasi saja sehingga tingkat kualitas kontrolnya berkurang. Dengan metode sekarang tim lebih jelas melakukan seleksi karena pihak desa secara langsung menjelaskan usulan berikut landasan pemikirannya. "Dalam paparan itu terjadi dialog," ucapnya. (Rinto)

PERAJIN TUNGKU KAYU MASIH EKSIS


KALIKAJAR - Kebijakan konversi gas yang dilakukan pemerintah ternyata tidak menyurutkan semangat industri rumahan pembuat tungku kayu. Bahkan produksinya terus meningkat yang pemasarannya tersebar di lokal dan luar Wonosobo. Salah satunya di Dusun Campursari, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar. Di dusun tersebut saat ini masih terdapat sekitar enam perajin tungku kayu yang bahan bakunya dari pasir dan semen alias tungku cetak cor. Ke enam perajin itu yakni Slamet, Markodi, Sinyar, Maryoto, Sudar dan Sirus. Mereka menggeluti usaha pembuatan tungku kayu kurang lebih sudah sepuluh tahun. 

Dusun tersebut merupakan sentra perajin tungku kayu terbesar di Wonosobo yang produksinya mencapai 200 buah per perajin dalam jangka waktu sebulan. Produksi itu terbilang cukup besar, dimana dalam waktu satu bulan mereka bisa membuat sekitar 1.000 tungku kayu. Meskipun mereka menjalankan usaha secara mandiri, namun dalam segi pemasaran mereka sudah membuat kesepakatan dan sistem pasar sehingga mereka tidak saling bersaing melainkan saling mendukung. 

Dalam segi pemasaran mereka tidak mengalami kesulitan berarti, karena tungku buatan mereka selalu habis terjual di pasaran baik lokal maupun luar Wonosobo seperti di Temanggung, Magelang dan Purworejo. Untuk tungku berlubang satu biasa dijual seharga Rp 30.000 per buah, tungku berlubang 2 dijual antara Rp 50.000 sampai Rp 70.000 tergantung jenisnya. Sementara untuk tungku berlubang 3 biasa dijual seharga Rp 130.000 per buah. 
   
Berdasarkan penuturan perajin tungku, Slamet, usaha pembuatan tungku masih akan bertahan lama mengingat minat masyarakat dalam menggunakan kayu bakar masih sangat tinggi, terutama masyarakat desa. Sebagian besar masyarakat desa saat ini masih menggunakan kayu bakar untuk masak, karena potensi kayu yang masih sangat banyak. Sebagian masyarakat lagi hingga kini masih takut untuk menggunakan tabung gas.    

Tungku buatan warga Dusun Campursari itu memiliki kualitas yang cukup bagus dimana konstruksinya kuat karena terbuat dari cor semen dan pasir yang rangkanya terbuat dari besi. Selain itu, tungku buatan mereka irit kayu bakar karena api yang dihasilkan bisa fokus. Pangsa pasar mereka beragam mulai dari pelaku industri, warga dan pedagang. Dalam satu hulan rata-rata per perajin mampu menjual 100 - 150 tungku. "Dagangan laris biasanya saat memasuki Maulid Nabi dan Ramadhan," tutur Slamet. (Rinto)

"PETRO" RAYAKAN ULTAH KE-2


KECERIAAN tampak jelas terpancar di wajah puluhan anggota Perhimpunan Tuna Rungu Wonosobo (Pertro) saat menggelar perayaan hari jadi Pertro ke-2 di aula Dinas Sosial, Minggu (22/4). Mereka berkumpul untuk berbagi cerita dan bermain bersama. Uniknya, mulai dari panitia penyelenggara, peserta dan instruktur permainan merupakan penyandang cacat tuna rungu. 

Kendati demikian kegiatan itu berjalan lancar dan meriah menggunakan bahasa yang mereka pahami untuk berkomunikasi.  Para alumni Yayasan Karya Bhakti dan Dena Upakara Wonosobo itu bersemangat mengikuti kegiatan diantaranya bermain meniup balon dan menggambar dengan mata tertutup. 

Menurut Pembina Pertro, Bernadeta Tumirah, kegiatan itu untuk memupuk tali persaudaraan dan cinta kasih sesama penyandang cacat tuna rungu di Wonosobo.  Organisasi Pertro sendiri didirikan pada 22 April 2010 lalu untuk mewadahi para penyandang cacat sekaligus memotivasi mereka agar bisa tumbuh dan berkembang secara mandiri. Adapun kegiatan organisasi Pertro yakni pertemuan rutin setiap satu bulan sekali yang didampingi oleh Dinas Sosial Wonsobo.
Pertemuan itu membahas tentang program kerja layaknya organisasi pada umunya. Pertro juga memiliki struktur pengurus dan ketertiban administrasi seperti surat-menyurat dan membuat proposal kegiatan. “Secara keseluruhan kemampuan mereka cukup membanggakan,” katanya.

Pada kesempatan itu juga hadir penyandang cacat tuna rungu dari beberapa daerah seperti Magelang, Jakarta, Solo, Salatiga dan Banjarnegara. Mereka hadir untuk melihat secara langsung  keberadaan organisasi Pertro yang baru ada di Wonosobo sebagai wadah penyandang cacat tuna rungu di wilayah Jawa Tengah. 

Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos, Agus Kristiono menjelaskan, selama ini organisasi penyandang cacat di Wonosobo baru ada empat yakni Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI), Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), Ikatan Penyandang Cacat Tubuh Wonosobo (IPCTW) dan Perhimpunan Tuna Rungu Wonosobo (Pertro). “Pertro merupakan organisasi termuda di Wonosobo,” terangnya.
        
Meskipun mereka memiliki keterbatasan, namun ke- 35 anggota Pertro itu memiliki kemampuan yang mapan di bidangnya masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai guru, penjahit, pedagang dan perajin makanan. Secara ekonomi keberadaan mereka sudah bisa dibilang mandiri mengingat mayoritas dari mereka sudah memiliki pekerjaan tetap dan beberapa yang lain memiliki usaha mandiri. 

Karena terkendala pendengaran, untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat umum, mereka terbiasa mengamati gerak bibir sehingga mengerti maksud dengan ucapan yang disampaikan orang lain. Beberapa diantara mereka ada yang bisa mengucapkan kata dengan cukup jelas, tetapi untuk yang tidak bisa maka menggunakan bahasa isyarat tangan. Hambatan berkomunikasi tersebut ternyata tidak lantas membuat mereka kecil hati dan tidak bisa berkembang. “Semangat dan kerja keras mereka untuk maju dan berkembang sangat besar sehingga bisa menjadi inspirasi masyarakat luas,” kata Agus.( Rinto ) 

INGIN LULUS, PENDERITA KOMPLIKASI IKUTI UJIAN



SEMANGAT mengikuti ujian nasional terlihat dari wajah Bagus Triyono (18) siswa MAN Wonosobo. Meskipun wajah warga Dusun Wonokasian, Desa Sojokerto, Kecamatan Leksono itu sedikit pucat akibat mengalami sakit komplikasi yakni jantung dan gangguan perut, namun dia tetap bersemangat mengerjakan soal ujian. Pihak sekolah pun memberikan ruang khusus bagi Bagus yakni di ruang UKS untuk mengerjakan soal. Meski pun sakit, dia tetap mendapat pengawasan ketat dari panitia ujian.

Orang tua Bagus, Thoyibin (56) selalu setia mendampingi di luar ruang saat Bagus mengerjakan soal ujian. Ya, Bagus merupakan siswa MAN Wonosobo kelas XII yang sedang sakit komplikasi. Beberapa hari lalu Bagus baru keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan intensif. Meskipun sedang sakit Bagus bersikukuh ingin mengikuti ujian nasional. "Awalnya saya melarang Bagus untuk ikut ujian, namun dia memaksa untuk tetap ikut. Akhirnya saya ijinkan," kata Thoyibin, baru-baru ini.

Thoyibin selalu setia mendampingi putra ke tiganya agar bisa menyelesaikan soal dengan aman. Menurut dia, Bagus melakukan itu agar dapat lulus sekolah tahun ini. Selama kegiatan ujian nasional berlangsung yakni mulai 16-19 April dia akan selalu mendampingi Bagus ke sekolah. "Sebenarnya kesehatan Bagus belum membaik, tetapi karena semangatnya untuk lulus sangat besar akhirnya dia memaksakan diri untuk ikut ujian," paparnya.

Kendati sedang sakit, Bagus tetap melakukan kegiatan belajar di rumah dan di rumah sakit. Saat waktu senggang, Bagus selalu rajin membuka buku-buku pelajaran yang akan diujikan. Semangatnya untuk bisa lulus ternyata mampu mengalahkan rasa sakitnya. "Saya hanya ingin lulus dengan hasil baik dan akan mengikuti ujian sampai selesai," tutur Bagus Triyono seusai mengikuti ujian. (Rinto)

15 April 2012

MENILIK BUMDes KAPENCAR


KERTEK- Sejak dikeluarkannya Perda Kabupaten Wonosobo Badan Usaha Milik Desa 1 tahun yang lalu ternyata mendapatkan respon positif dari berbagai desa. Salah satunya desa Kapencar, Kecamatan. Bahkan rintisan BUMDes ini telah ada sejak tahun 2008 namun baru secara resmi menjadi BUMDes sejak tahun 2010.

“Embrio dari BUMDes ini ialah program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berasal dari Alokasi Dana Desa dan dalam perkembangannya  telah resmi menjadi BUMDes melalui Perdes Nomor 1 Tahun 2010,”ungkap Sekretaris Desa Kapencar, Hardi.

Tujuan didirkannya BUMDes ini tidak hanya untuk mencari keuntungan semata, namun lebih diutamakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama yang tergolong tidak mampu, disamping sebagai salah satu sumber pendapatan desa.

Jenis usaha yang dijalankan oleh BUMDes ini ialah simpan pinjam dan pengembangan ternak kambing yang dikhususkan bagi pedagang kecil dan warga kurang mampu.”Untuk simpan pinjam kami mematok nilai maksimal yaitu 100 ribu rupiah dengan jasa sebesar 10% selama satu tahun, sedangkan untuk ternak kambing kami lakukan dengan cara bergulir,”tutur pengurus BUMDes, Paijan(54).

“Teknis peminjamannyapun tidak sulit,cukup dengan fotocopy KTP saja, selanjutnya kami akan mensurvei kelayakan calon nasabah,”imbuh Paijan.

Perkembangan yang dicapai badan usaha milik desa ini patut diacungi jempol. Hanya dengan 7 orang pengurus dan modal awal sebesar 3,5 juta serta 8 ekor kambing, pada tahun 2011 ini sudah berkembang  menjadi 50 juta rupiah dan 52 ekor kambing. Disamping itu jumlah nasabah peminjam pun meningkat dari 14 orang menjadi 43 orang. Sedangkan kendala yang sering dihadapi ialah matinya ternak yang dipinjamkan kepada nasabah.

Pesatnya perkembangan badan usaha ini tak lepas dari peran aktif pemerintah desa. Salah satunya ialah di bidang permodalan,”untuk modal sementara masih ditopang sepenuhnya oleh ADD, namun kedepannya kami merencanakn untuk menghimpun dana masyarakat melalui tabungan,”tambah Paijan.

Keberadaan BUMDes di desa Kapencar ini dirasa sangat membantu bagi warga kurang mampu di Kapencar.”Nek ajeng ngampil teng Bank persyaratane kathah tur ruwet, nek teng mriki sekeco sing penting disiplin kalih jujur mawon ( kalau akan meminjam di Bank persyaratannya banyak dan berbelit-belit, kalau disini yang penting disiplin dan jujur),tutur Misri (43),salah seorang warga yang kini telah mempunyai 5 ekor kambing hasil dari pinjaman ternak bergulir.


Keberhasilan yang telah dicapai oleh BUMDes Kapencar ini tak serta merta membuat pengurus dan pemerintah desa berpuas hati. Mereka berharap adanya bantuan dari pemerintah kabupaten dalam bentuk asistensi dan pelatihan yang nantinya bisa memajukan badan usaha milik desa ini,”Ke depan kami berharap dengan adanya BUMDes ini, Kapencar akan menjadi desa yang mandiri,”pungkas Hardi.

12 April 2012

SAMBAR AVANZA, TRUK TERGULING

KERTEK - Sebuah truk box bernopol R 1780 GA terguling di Jl. Kertek-Parakan, tepatnya di depan kantor kecamatan kertek pada jumat pagi (13/4).Menurut saksi mata, Mis Andayani (30) truk melaju kencang dari arah kledung,"Truk dari atas sudah melaju kencang di jalur kanan, lalu menabrak pagar rumah dan terus melaju hingga menyeret toyota avanza milik pegawai kecamatan yang terpakir  di pinggir jalan lalu terguling setelah melaju sekitar 100 meter." 

Dalam kejadian tersebut tercatat 1 orang tewas bernama Samsudin (50) warga campursari, kertek dan 2 orang luka ringan atas nama Mutakim dan Naryono. Keduanya merupakan pegawai kecamatan kertek yang pada saat kejadian sedang melakukan kerja bakti di pinggir jalan. 

Kanit Lakalantas Polres Wonosobo, Iptu Dono Mulyono, ketika ditemui di TKP menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kemungkinan karena sopir mengantuk," Dimungkinkan sopir mengantuk dan tidak mengenal medan, karena berdasarkan penyelidikan awal rem truk masih berfungsi dengan baik sedangkan sopir truk sampai sekarang masih kami lacak keberadaannya karena disinyalir pengemudi langsung melarikan diri setelah kejadian." imbuh Dono


Kecelakaan ini mengakibatkan kemacetan yang cukup panjang di jalur Kertek-Parakan karena banyaknya warga yang berkerumun untuk menyaksikan bangkai truk naas ini. Disamping itu karena badan truk menutupi separoh lebih badan jalan,"kami masih menunggu mobil derek untuk memindahkan truk ini," pungkas Dono.


Jalur Kertek-Parakan memang jalur yang sangat rawan dan berkali-kali makan korban karena jalur ini didominasi oleh turunan yang panjang dan sering berkabut ketika sore hari. Pada triwulan terakhir saja tercatat sudah terjadi 3 kali kecelakaan yang memakan 3 korban tewas.