Kecamatan Kertek yang berjarak 8 km dari ibukota Kabupaten Wonosobo, sebenarnya tidak begitu risau mengenai akses pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit. Namun demikian, sekalipun adanya dukungan kedekatan akses pelayanan rumah sakit, pelayanan kesehatan dasar di Kecamatan Kertek tetap difasilitasi oleh Puskesmas, yang terbagi dalam dua administrasi pembinaan yakni Puskesmas 1 dan 2 Kertek. Adapun dukungan sarana prasarana dan sumber daya yang ada sebagai berikut;
Tabel 4 ; Data Sarana Prasarana dan Petugas Kesehatan menurut Domisili
No Sarpras dan Petugas Kesehatan Jumlah
1 Dokter umum 3
2 Dokter gigi 2
3 Perawat / mantra 18
4 Bidan 33
5 Ahli Gizi 2
6 Apoteker 4
7 Dukun bayi 45
8 Rumah bersalin 2
9 Klinik 1
10 Puskesmas 2
11 Puskesmas pembantu 4
12 Puskesmas keliling 2
13 Posyandu 101
14 Polindes 13
15 Dokter praktek 4
16 Apotik 4
Sumber ; Puskesmas 1 dan 2 Kertek 2009;
Melihat aset bidang kesehatan baik berupa sarana dan prasarana sampai pada sumber daya tenaga medis dan paramedis yang ada, pada dasarnya tidak ada masalah pada pelayanan kesehatan dasar masyarakat. Di semua desa/kelurahan telah ada petugas bidan desa yang selalu siaga di tempat bahkan terdapat Poli Kesehatan Desa (PKD), dan Puskesmas Pembantu di beberapa desa. Wilayah Kertek juga memiliki poliklinik swasta yakni PKU Muhammadiyah dan Nailusyifa milik NU. Di samping itu, wilayah ini sangat diuntungkan dengan keberadaan pusat pelayanan kesehatan Kota Wonosobo baik RSUD Setjonegoro dan RSI yang radiusnya masih dalam jangkauan.
2) Angka Kematian Ibu (AKI) , Angka Kematian Bayi (AKB) dan Gizi Buruk.
Jumlah kematian bayi pada tahun 2009 sebanyak 56 orang, naik 15 orang dari tahun 2008 sebanyak 41 orang. Sementara pada jumlah kematian bayi tahun 2009 sebanyak 4 orang, naik 1 kasus dari tahun 2008 yakni sebanyak 3 orang bayi. Penyebab umum pada AKI karena kondisi penyakit lain dari si ibu seperti penyakit jantung dan pernafasan serta ada beberapa di antaranya karena kekurangan darah saat melahirkan, dan semua kasus tersebut terjadi ketika sudah mendapat perawatan dokter di Rumah sakit bersalin. Sementara kasus AKB umumnya dikarenakan banyak kasus prematur. Sedangkan pada kasus gizi buruk dan gizi kurang, masih terdapat 18 anak dalam kategori gizi buruk dan 69 anak masuk dalam kategori gizi kurang.
3) Penyakit Menular
Berdasarkan data laporan kasus berobat di 2 puskesmas Kertek selama tahun 2009, terdapat beberapa penyakit menular yang sering diidap masyarakat. Kasus diare mencapai rangking tertinggi sebanyak 1.147 orang, disusul deman typoid 405 orang, dan desentri 242 orang. Sementara kasus paru-paru jenis BTA+ sebanyak 203 orang dan jenis klinis sebanyak 134 orang. Adapun 10 besar jenis penyakit menular yang sering diidap masyarakat selama tahun 2009 adalah sebagaimana tertera dalam table di bawah ini :
Tabel 5 ; Data Sistem Surveilans Terpadu Penyakit Terpilih berdasar Kasus berobat di Puskesmas Bulan Januari-Nopember 2009
No Penyakit Jumlah Kasus
1 Diare 1.147
2 Demam Tiphoid 405
3 Disentri 242
4 TB Paru BTA + 203
5 TB Paru Klinis 134
6 Campak 94
7 Pneumonia 60
8 Malaria Vivax 16
9 DBD 11
10 Hepatitis 7
Sumber ; Puskesmas 1 dan 2 Kertek 2009;
Jika dilihat dari jumlah rumah tangga pada tahun 2009 yakni sebanyak 20.110 rumah, baru 1.080 rumah yang memiliki septitank. Sisanya 286 rumah belum memiliki septitank, dan 18.744 lainnya yakni masih menggunakan WC umum di atas kolam. Menilik kasus diare dan desentri yang terjadi di Kecamatan Kertek tahun 2009, sangat dimungkinkan karena adanya bakteri-bakteri yang berasal dari sistem sanitasi yang kurang bersih berkaitan dengan limbah keluarga tersebut. Di samping itu, kondisi penanganan sampah keluarga sampai dengan saat ini, masih belum tertangani dengan baik, di mana banyak warga yang membuang sampah ke sungai maupun saluran-saluran air. Memang belum bisa dipastikan terjadinya penyakit menular ini akibat dari persoalan tersebut di atas, namun melihat kondisi air-air di beberapa sungai yang warnanya keruh kehitaman, menandakan air tersebut jauh dari standar kesehatan bahkan sudah tercemar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar