KERTEK- Berdagang sayur
di warung atau gerobak dorong mungkin sudah biasa, Namun di Wonosobo kini kian marak sepeda motor yang dirombak menjadi gerobak. Seperti yang terjadi di pasar Kertek, jumlah pedagang gerobak motor sayur terus bertambah. Berkembangan usaha
itu tidak lepas dari perolehan keuntungan yang diperoleh. Sebagaimana penuturan Sri Surani (39) warga Desa Marongsari, Kecamatan Sapuran yang sehari-hari berprofesi sebagai penjual sayur menggunakan sepeda motor dengan cara berkeliling kampung.
Menurut dia, jumlah motor gerobak sayur terus bertambah. Saat ini, pedagang yang tergabung dalam Forum Organisasi Pedagang Pasar Pagi Kertek (FORPAK) saja jumlahnya sekitar 500 gerobak. Sementara di Wonosobo terdapat tiga organisasi pedagang sayur keliling yakni Forpak, Embun Pagi, Alpat. Forpak dan Alpat berpusat di pasar Kertek sementara Embun Pagi berpusat di Pasar Induk Wonosobo.
Dia mengaku sudah berjualan sayur sejak tahun 2007 menggunakan sepeda motor. Sebelumnya Sri Surani hanya berjualan di Desa Marongsari secara menetap namun karena hasil yang diperoleh menurun dia kemudian memilih berjualan dengan cara berkeliling kampung. "Seingat saya, dulu belum ada yang berjualan sayur menggunakan sepeda motor. Kebanyakan pedagang sayur berkeliling dengan cara digendong. Tetapi tahun demi tahun jumlah motor gerobak sayur terus bertambah," tuturnya.
Hal itu tentunya tidak lepas dari perolehan keuntungan yang didapat. Jika dibanding berjualan secara menetap, jualan menggunakan sepeda motor jauh lebih untung karena bisa langsung mendatangi pembeli. Untuk bergabung ke dalam organisasi tersebut, pedagang harus membayar sekitar Rp 500.000 dengan beberapa fasilitas yang diberikan seperti kartu nama dan jaminan keselamatan.
Dikatakan, biasanya pedagang berkumpul di pasar tradisional pukul 05.30 WIB kemudian berkeliling ke kampung-kampung untuk menjual sayur. Meskipun saat ini harga sayur sedang merosot, namun tidak mempengaruhi omset penjualan sayur Sri Surani. Bahkan, dia mampu mengantongi untung yang cukup menjanjikan, sayangnya dia enggan menyebut ngka pastinya. "Ya cukup untuk hidup dan bayar sekolah," tuturnya.
Dia memaparkan, tidak hanya masyarakat saja yang tertarik usaha sepeda motor sayur, namun beberapa pengusaha Wonosobo kelas menengah pun berencana andil dalam bisnis tersebut. Karena itu, kata dia, usaha ini akan terus bertambah. Namun dia masih optimis bahwa usaha jualan sayur itu akan tetap bertahan mengingat daya konsumsi masyarakat yang terus bertambah. "Terjadi persaingan harga itu sudah pasti. Namun saya yakin usaha ini akan berlangsung awet," tuturnya.